Gencatan Senjata Gaza Buntu, Harga Minyak Anjlok

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Jumat, 22/03/2024 08:49 WIB
Foto: Para pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa untuk gencatan senjata di Gaza di luar aula serikat pekerja UAW selama kunjungan Presiden AS Joe Biden di Warren, Michigan, AS 1 Februari 2024. (REUTERS/REBECCA COOK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kompak bergerak melemah pada awal perdagangan hari ini, melanjutkan penurunan pada sesi perdagangan sebelumnya, didorong dari turunnya permintaan bensin Amerika Serikat (AS) dan harapan terjadinya gencatan senjata di Gaza.

Pada awal perdagangan hari ini Jumat (22/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,28% di posisi US$80,84 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent bergerak lebih rendah atau turun 0,16% di posisi US$85,64 per barel.


Pada perdagangan Kamis (21/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup turun 0,75% di posisi US$81,07 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terdepresiasi 0,20% di posisi US$85,78 per barel.

Harga minyak ditutup sedikit lebih rendah pada perdagangan Kamis, tertekan oleh lemahnya data permintaan bensin AS dan laporan rancangan resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Persediaan minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, secara tak terduga menurun pada minggu lalu, menurut laporan Badan Informasi Energi (EIA) AS pada hari Rabu.

Meskipun persediaan bensin turun untuk minggu ketujuh, turun 3,3 juta barel menjadi 230,8 juta barel, pasokan produk bensin, yang mewakili permintaan produk, turun di bawah 9 juta barel.

Penurunan tersebut menunjukkan bahwa pasar bensin, yang menjadi pendukung reli pasar baru-baru ini, mungkin telah mengalami overbought (jenuh beli), menurut Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

"Harga minyak juga tertekan oleh konfirmasi bahwa AS merancang resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata yang memungkinkan pembebasan 40 sandera Israel sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel," ungkap Yawger, kepada Reuters.

Di sisi lain, investor mendapat dukungan dari bank sentral AS, yang mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25% hingga 5,50% pada hari Rabu, namun tetap mempertahankan prospek penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ini merupakan kabar baik bagi penjualan minyak.

Aktivitas bisnis AS tetap stabil pada bulan Maret, namun harga-harga meningkat secara keseluruhan, menunjukkan bahwa inflasi mungkin tetap tinggi setelah meningkat pada awal tahun.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun secara tak terduga pada minggu lalu, menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja tetap kuat di bulan Maret.

Klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 2.000 menjadi 210.000 untuk pekan yang berakhir 16 Maret, menurut data Departemen Tenaga Kerja. Sementara, ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 215.000 klaim pada minggu terakhir.

Serangan Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia juga mendorong investor untuk memperdagangkan minyak mentah dengan harga lebih tinggi, karena serangan tersebut dapat berdampak pada pasokan minyak global.

Drone Ukraina telah menargetkan setidaknya tujuh kilang Rusia bulan ini. Serangan tersebut telah menghentikan 7%, atau sekitar 370.500 barel per hari, kapasitas penyulingan Rusia, menurut perhitungan Reuters.

Para analis mengatakan gangguan yang berkepanjangan dapat memaksa produsen Rusia mengurangi pasokan jika mereka tidak dapat mengekspor minyak mentah dan menghadapi kendala penyimpanan.

Di negara lain, perekonomian Jerman kemungkinan akan mengalami resesi pada kuartal pertama tahun 2024 karena lemahnya konsumsi dan lemahnya permintaan industri yang terus mendorong pemulihan lebih lanjut di masa depan, menurut laporan ekonomi bank sentral pada hari Kamis.

Adapun, gubernur Bank Sentral Inggris mengatakan perekonomian Inggris "bergerak ke arah yang baik" bagi bank sentral untuk mulai menurunkan suku bunga.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran