
Menanti Suku Bunga BI, Akankah Jadi Obat Kuat Rupiah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada hari ini, Rabu (20/3/2024) akan ada keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan yang diharapkan menjadi obat kuat mata uang Garuda.
Melansir data Refinitiv, rupiah pada perdagangan kemarin, Selasa (19/3/2024) berakhir di posisi Rp15.710/US$, melemah 0,16% dalam sehari dan melanjutkan tren koreksi selama empat hari beruntun.
Pelemahan rupiah sejalan dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang menguat. Pada kemarin hingga pukul 14:57 WIB DXY berada di angka 103,83 atau menguat 0,39%. Dalam sehari, DXY bahkan sempat menuju posisi tertinggi di 104,05.
Beralih pada hari ini, rupiah bakal dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri terutama keputusan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun dari 11 instansi oleh CNBC Indonesia, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 6,00% pada pekan ini demi menjaga stabilitas nilai tukar.
Keputusan mempertahankan suku bunga ini juga diperkirakan akan diambil dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
SEVP Treasury & International Bank BCA, Branko Windoe menjelaskan bahwa penahanan suku bunga BI ini akan diambil mengingat inflasi AS masih cukup panas dan tekanan terhadap mata uang Garuda masih cukup kuat belakangan ini.
Senada dengan Branko, Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz menilai volatilitas nilai tukar rupiah masih menjadi pertimbangan BI untuk mempertahankan level bunga acuan di 6%.
Selain itu, pada nanti malam atau Kamis dini hari akan ada pertemuan the Fed yang sekaligus mengumumkan kebijakan suku bunga bank sentral AS lebih lanjut. Pasar potensi bereaksi volatile menjelang keputusan the Fed lantaran sangat mempengaruhi pasar keuangan global secara keseluruhan.
Menarik dicermati juga bagaimana tanggapan the Fed terhadap kondisi ekonomi terkini mengingat di AS pada pekan lalu inflasi masih memanas dan pasar tenaga kerja masih ketat.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, gerak rupiah masih dalam tren pelemahan. Saat ini, mata uang Garuda masih potensi lanjut melemah paling tidak ke resistance terdekat di Rp15.730/US$.
Resistance tersebut diambil dari garis lurus yang ditarik dari high candle intraday pada 29 Februari 2024. Selain itu, pelaku pasar juga perlu mencermati support jika ada potensi pembalikan arah menguat di posisi Rp15.695/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Pasca BI Rate Naik, Dolar Jadi Rp16.140
