Pelaku Pasar Tunggu Keputusan BI, Rupiah Melemah ke Rp15.710/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di saat pelaku pasar menunggu data suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan dirilis besok (20/3/2024).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,16% di angka Rp15.710/US$. Depresiasi ini senada dengan pelemahan kemarin (18/3/2024) sebesar 0,61%. Hal ini memperpanjang tren pelemahan rupiah empat hari beruntun.
Sementara DXY pada pukul 14:57 WIB turun ke angka 103,83 atau menguat 0,39%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,43.
Mulai hari ini, RDG BI sudah dimlai dan BI akan merilis data suku bunganya pada Rabu (20/3/2024).
Berdasarkan konsensus yang dihimpun dari 11 instansi oleh CNBC Indonesia, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 6,00% pada pekan ini demi menjaga stabilitas nilai tukar.
Keputusan mempertahankan suku bunga ini juga diperkirakan akan diambil dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain itu, SEVP Treasury & International Bank BCA, Branko Windoe menjelaskan bahwa penahanan suku bunga BI ini akan diambil mengingat inflasi AS masih cukup panas dan tekanan terhadap mata uang Garuda masih cukup kuat belakangan ini.
Senada dengan Branko, Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz menilai volatilitas nilai tukar rupiah masih menjadi pertimbangan BI untuk mempertahakan level bunga acuan di 6%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)