
Duh! Cuma 4% Warga RI yang Paham Soal Pasar Modal

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut literasi dan inklusi keuangan di pasar modal Indonesia masih sangat rendah.
Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Horas V.M Tarihoran memaparkan berdasarkan survei nasional, tingkat literasi keuangan di pasar modal baru hanya sebesar 4,11%. Sementara tingkat inklusi keuangan di pasar modal sebesar 5,11%.
Sementara itu tingkat literasi pasar modal syariahjauh lebih rendah atau sebesar 0,87%, sementara inklusinya sebesar 0,5%.
"Angka-angka itu membuktikan masih terdapat gap antara literasi dan inklusi keuangan sehingga dibutuhkan terobosan dan inovasi untuk mengejar," ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Horas melanjutkan bahwa hal tersebut perlu ditingkatkan untuk mendorong kinerja pasar modal. "Sebab pemahaman yang baik tentang investasi akan berbanding lurus dalam kecakapan investor termasuk investasi di pasar modal," katanya.
Horas mengungkapkan lebih jauh, rendahnya pemahaman masyarakat di pasar modal juga tercermin dari data pengaduan masyarakat. Berdasarkan data OJK pada 2023 hingga 23 Februari 2024, ada 380.000 lebih permintaan layanan aplikasi portal perlindungan konsumen. Angka ini, mencakup 27.000 lebih pengaduan.
Data per 26 Februari 2024, terdapat pengaduan entitas ilegal sebanyak 3.200. Artinya, masih banyak investasi bodong yang beredar di masyarakat.
"Ini perlu kita pertimbangakan dan meningkatkan literasi keuangan. Meski pengaduan pasar modal kecil dibandingkan jasa keuangan lainnya, namun sistem perlindungan konsumen dan masyarakat yang dijalankan oleh pelaku jasa keuangan perlu ditingkatkan kualitas dan efektifitasnya," sebutnya.
Di sisi lain, terkait dengan perlindungan konsumen, semua pelaku jasa keuangan diminta untuk mewaspadai era disrupsi teknologi yang makin berkembang. Hal itu berbending lurus dengan tingkat kejahatan yang merugikan masyarakat.
"Kita semua perlu mewaspadai era disrupsi teknologi. Berdasarkan data 2023, pengguna smartphone 350 juta lebih. Melebihi angka penduduk Indonesia. Ada 1 orang yang punya lebih dari 2 handphone. Internet 215 juta lebih dan 160 juta orang punya media sosial, ini dapat menjadi peluang tapi menjadi tantangan," ungkapnya.
Dengan demikian, semua pihak jasa keuangan perlu meningkatkan perlindungan konsumen secara preventif melalui edukasi keuangan yang masif dan merata.
"Penguatan ini suatu keniscayaan karena tantangan pengawasan perilaku tak akan menjadi lebih mudah karena tantangan makin banyak dan itu harus kita hadapi bersama melalui sinergi dan kolaborsasi dari pemangku kepentingan," pungkasnya.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total investor di seluruh instrumen pasar modal saat ini berjumlah 12,4 juta orang. Jumlah ini hanya sekitar 6,89% dari total penduduk produktif di Indonesia.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos OJK: Pemilu Justru Dongkrak IHSG, Ini Buktinya
