
Tertekan Beban Bunga, Laba Bank BJB Sepanjang 2023 Jadi Rp 1,7 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. atau Bank BJB mencatat laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik senilai Rp 1,78 triliun, turun 29,58% secara tahunan (yoy).
Bila dirinci, emiten bersandi BJBR ini mendapat tekanan dari beban bunga yang menyebabkan pendapatan bunga bersih perusahaan mengalami koreksi.
Mengutip laporan keuangan, BJB mengantongi pendapatan bunga senilai Rp 14,26 triliun, naik 4,57% yoy. Kemudian beban bunga BJB melesat 37,63% yoy menjadi Rp 7,19 triliun. Alhasil pendapatan bunga bersih bank terkoreksi 15,98% yoy menjadi Rp 7,06 triliun.
Pada periode yang sama kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) juga naik tinggi, yakni lebih dari tiga kali lipat atau dari Rp 210,78 miliar menjadi Rp 745,66 miliar.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan bahwa tahun lalu merupakan periode di mana bank harus berhadapan dengan kenaikan biaya dana. Selain itu, bank juga senantiasa berupaya menjalankan bisnis sembari menjaga tekanan terhadap provisioning.
"Tahun 2023 menjadi tahun konsolidasi di mana kami senantiasa berupaya menjalankan bisnis dan operasional bank dengan aktivitas yang pruden agar tidak memberikan tekanan terhadap provisioning yang harus dibukukan dan aktivitas yang efisien agar tidak memberikan tekanan terhadap OPEX, mengimbangi biaya dana yang tekanannya terasa sepanjang tahun 2023," ujarnya melalui keterangan resminya, Selasa (5/3/2024).
Tingginya beban dana perusahaan juga terlihat dari merosotnya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank sebesar 97 basis poin (bps) menjadi 4,89%.
Sementara itu Bank BJB juga dalam upaya mengonsolidasikan sejumlah BPD ke dalam kelompok usaha bank (KUB). Dalam hal ini,BPD Bengkulutelah resmi masuk dalam kelompok Bank BJB.
Selain Bank Bengkulu, Bank BJB juga telah menjalin komitmen KUB dengan Bank Jambi, Bank Maluku Malut dan Bank Sultra yang telah menandatangani Letter of Intent untuk bersinergi dalam kerangka KUB pada 29 September 2022.
Terbaru, bank bjb sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Sultra untuk melangkah lebih lanjut dalam kerangka KUB pada 4 Maret 2024.
"Dengan bergabungnya keempat BPD tersebut, kami melihat Bank BJB secara grup akan lebih berperan dalam industri perbankan nasional dengan menjadi 10 besar perbankan berdasarkan total aset secara konsolidasi," ucapnya.
Adapun per Desember 2023, Bank BJB mencatat dana pihak ketiga (DPK) naik 4,17% yoy menjadi Rp 136,61 triliun. Komponen giro mengalami kontraksi 10,88% yoy menjadi Rp 22,9 triliun. Pada periode yang sama tabungan melesat 16% yoy menjadi Rp 33,64 triliun, sedangkan deposito tercatat Rp 80,06 triliun, naik 4,75% yoy.
Dari sisi fungsi intermediasi, BJB mencatat kredit Rp 125,08 triliun, naik 8,05% yoy. Capaian ini mendorong aset bank tumbuh 3,89% yoy menjadi Rp 188,29 triliun.
Pertumbuhan kredit masih diiringi dengan kualitas aset yang terjaga di bawah 2%. Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross per Desember 2023 sebesar 1,35% dan NPL net 0,75%.
Bank juga tercatat memiliki rasio permodalan yang terbilang kuat atau 20,05%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article bank bjb Jadi Best Regional Bank on Corporate Action Pioneer