
Bursa Asia Dibuka Gak Kompak Lagi, Ada Apa ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik cenderung kembali bervariasi pada perdagangan Selasa (5/3/2024), ketika pertemuan "Dua Sesi" China sedang berlangsung,
Para investor memperhatikan proyeksi ekonomi China, setelah negara tersebut memproyeksikan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 5% pada tahun 2024.
Per pukul 08:10 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,42% dan ASX 200 Australia turun tipis 0,02%. Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura menguat 0,2% dan KOSPI Korea Selatan naik 0,14%.
Pertemuan "Dua Sesi" di China hari ini mengacu pada pertemuan tahunan legislatif China, Kongres Rakyat Nasional, dan badan penasihat politik utama negara tersebut, Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok.
Pada pertemuan tersebut, Perdana Menteri China, Li Qiang diperkirakan akan menyampaikan laporan kerja pemerintah, yang merinci tujuan ekonomi dan kebijakan untuk negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, termasuk target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Pemerintah China memproyeksikan PDB pada 2024 mencapai sekitar 5%. Sedangkan inflasi China pada 2024 diproyeksikan mencapai sekitar 3%.
Secara terpisah, pembacaan indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) jasa China versi Caixin periode Februari 2024 juga akan dirilis hari ini.
Selain China, investor juga akan memantau revisi data PDB Korea Selatan periode kuartal IV-2023.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah lesunya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,25%, S&P 500 turun 0,12%, dan Nasdaq Composite berakhir terkoreksi 0,41%.
Saham-saham telah melonjak lebih tinggi didorong oleh antusiasme terhadap kecerdasan buatan (AI) selama beberapa minggu terakhir, sehingga investor di Wall Street mulai merealisasikan keuntungannya.
Nasdaq Composite yang terdiri dari saham teknologi mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada Jumat lalu, memecahkan rekor tahun 2021 dan menjadi indeks saham utama terakhir yang mencapai rekor penutupan pada tahun ini.
Sementara itu pada pekan ini, investor akan mencari petunjuk mengenai arah suku bunga di masa depan dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell.
Pemimpin The Fed tersebut diperkirakan akan menyampaikan pembaruan kebijakan moneter kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada Rabu besok dan Senat AS pada Kamis mendatang.
Di lain sisi, survei Ketenagakerjaan ADP dan data lowongan pekerjaan periode Januari juga akan dirilis pada Rabu, memberikan wawasan lebih lanjut mengenai pasar tenaga kerja. Sementara data manufaktur dannonfarm payrolls (NFP) periode Februari akan dirilis pada Jumat mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
