
Investor Wait & See Tunggu Data Ini, Bursa Asia Gak Kompak Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik cenderung beragam pada perdagangan Rabu (28/2/2024), karena investor masih menanti rilis data utama inflasi Amerika Serikat (AS) dan China pada pekan ini.
Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,16%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,26%, dan ASX 200 Australia turun tipis 0,04%.
Sedangkan untuk Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,04%, Shanghai Composite China juga menguat tipis 0,07%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,49%.
Pembacaan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS akan dirilis pada Kamis besok, sehingga investor masih cenderung wait and see.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah beragamnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,25%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite menguat. S&P 500 naik 0,17% dan Nasdaq berakhir menguat 0,37%.
Ketika musim pendapatan perusahaan mulai berakhir, investor kembali fokus pada data ekonomi dan kemungkinan arah suku bunga AS.
Data keyakinan konsumen AS menunjukkan indeks turun menjadi 106,7 pada Februari 2024, dari 110,9 pada Januari ataupun ekspektasi pasar yakni 115.1
Data dari Departemen Perdagangan AS yang dirilisjuga menunjukkan bahwa pesanan barang tahan lama turun lebih besar dari perkiraan pada Januari lalu, dengan faktor utamanya adalah penurunan besar dalam permintaan transportasi.
Pesanan barang tahan lama anjlok 6,1% pada bulan lalu, lebih buruk dari penurunan 0,3% yang direvisi ke bawah pada Desember 2023 dan estimasi Dow Jones yang memperkirakan penurunan sebesar 5%.
Kategori ini mencakup beragam produk seperti pesawat terbang, peralatan, dan komputer. Transportasi adalah penyebab utama penurunan bulan lalu, yakni turun 16,2%.
Adapun pesanan baru tidak termasuk transportasi, turun 0,3%, sementara pesanan baru ex-pertahanan turun 7,3%.
Hal ini terjadi sebelum pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang diawasi ketat pada Januari 2024 dan data pendapatan pribadi, di mana keduanya dijadwalkan untuk dirilis pada Kamis mendatang.
Investor akan mengamati rilis data ini untuk mendapatkan petunjuk masa depan mengenai kesehatan perekonomian dan wawasan mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Jika pembacaan PCE mirip dengan pembacaan inflasi harga konsumen dan produsen baru-baru ini, hal ini dapat memaksa The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini lebih lama dari perkiraan pasar.
Pada Senin lalu, Presiden The Fed Kansas City, Jeffrey Schmid menggunakan pidato pertamanya mengenai kebijakan untuk memberi sinyal bahwa ia tetap fokus pada ancaman inflasi yang tinggi dan tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.
Selain itu, Gubernur The Fed, Michelle Bowman mengindikasikan bahwa dia tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, mengingat risiko positif terhadap inflasi yang dapat menghambat kemajuan atau bahkan menyebabkan tekanan harga kembali meningkat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
