Laba Terbang 8 Kali Lipat, Nvidia Pesta Pora Ditopang Booming AI
Jakarta, CNBC Indonesia - Nvidia mencatatkan pendapatan sebesar US$22,1 miliar (Rp344,93 triliun) pada tiga bulan yang berakhir pada 28 Januari 2024 (kuartal IV). Laba bersih tercatat sebesar US$12,9 miliar (Rp201,34 triliun), melonjak lebih dari delapan kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu, melebihi ekspektasi analis.
Saham perusahaan produsen semikonduktor telah melonjak, termasuk kenaikan sekitar 8% setelah laporan pendapatannya dirilis pada hari Rabu waktu setempat.
Pencapaian itu diperoleh setelah Nvidia berupaya keras memenuhi permintaan chipnya yang mendukung sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Chief Executive Nvidia Jensen Huang menyebut AI telah mencapai "titik kritis" dan mengindikasikan bahwa permintaan akan daya komputasi yang mendasari AI masih sangat besar.
"Permintaan melonjak di seluruh dunia di berbagai perusahaan, industri, dan negara," katanya, dikutip dari The Wall Street Journal, Kamis (22/2/2024).
Hasil yang diperoleh Nvidia menjadi penentu kekuatan ledakan AI, karena perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Google, dan Apple menaruh harapan besar pada teknologi tersebut dan memerlukan perangkat keras Nvidia untuk menggerakkannya.
Selain ChatGPT, sejumlah produk AI populer lainnya mulai memasuki pasar dalam beberapa bulan terakhir, termasuk asisten digital untuk coding dan bisnis dari Microsoft. Nvidia telah bertransformasi dalam waktu tiga tahun dari sebuah perusahaan yang berfokus pada chip videogame, menjadi motor penggerak booming AI.
Huang meletakkan dasar bagi pertumbuhan eksplosif perusahaan ini hampir dua dekade lalu, ketika ia memutuskan untuk membuka chip grafis Nvidia untuk digunakan dalam aplikasi non-grafis. Hal ini memungkinkan para ilmuwan dan peneliti medis memanfaatkan kemampuan mereka untuk melakukan banyak perhitungan dalam waktu yang bersamaan.
Huang mengatakan Nvidia memperkirakan permintaan akan terus lebih kuat daripada pasokan perusahaan sepanjang tahun. Ia menambahkan pihaknya berupaya mengalokasikan pasokan chip yang terbatas secara adil, sambil menghindari pengirimannya ke pihak yang tidak siap untuk segera menggunakannya.
Nvidia telah terkendala oleh tingginya permintaan akan chip-chipnya yang tidak dapat dipenuhi. Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan dalam jangka panjang. Hambatan utama adalah kemasan kerangka rumit yang digunakan pada chip setelah diproduksi.
Kepala Keuangan Nvidia Colette Kress mengatakan perusahaan mengalami keterbatasan pasokan pada chip AI generasi terbaru dan akan terus menghadapi keterbatasan saat meluncurkan chip generasi berikutnya, yang diperkirakan akan dirilis pada akhir tahun ini.
Tekanan politik menambah tantangan Nvidia. Pemerintahan Biden telah membatasi penjualan chip AI kelas atas ke Tiongkok selama dua tahun terakhir, karena khawatir chip tersebut dapat digunakan untuk spionase dunia maya atau dalam aplikasi militer.
Nvidia telah mengembangkan versi chipnya untuk pasar Tiongkok yang memerlukan izin ekspor AS. Namun, batasan AS yang semakin ketat telah menghambat bisnisnya di sana.
Kress mengatakan bahwa penjualan chip AI ke Tiongkok menurun secara signifikan selama kuartal terakhir karena pembatasan tersebut.
(fsd/fsd)