Data BI Pagi Ini Dinanti Pasar, Dolar Dibuka Stabil Rp15.630

rev, CNBC Indonesia
22 February 2024 09:38
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin yang memutuskan suku bunga ditahan di level 6%.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka stagnan 0% di angka Rp15.630/US$. Namun tak sampai dua menit kemudian, rupiah melemah 0,13% ke posisi Rp15.650/US$.

Sementara DXY pada pukul 08:4 WIB melemah di angka 103,93 atau turun tipis 0,08%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Rabu (21/2/2024) yang berada di angka 104.

Dewan Gubernur BI kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Tingkat suku bunga BI Rate itu hasil rapat dewan gubernur BI pada 20-21 Februari 2024.

Tingkat BI Rate itu telah dipertahankan selama lima bulan berturut-turut, sejak 19 Oktober 2023 lalu. Seiring dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.

"Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Selain itu, pelaku pasar masih menunggu data transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang akan dirilis pagi ini oleh BI.

BI memperkirakan NPI pada 2023 masih akan mencatat surplus tetapi transaksi berjalan akan mengalami defisit.

Jika transaksi berjalan kembali defisit pada kuartal IV-2023 maka ini akan menjadi defisit ketiga kuartal beruntun. Defisit transaksi berjalan untuk keseluruhan tahun akan menjadi yang pertama sejak 2020 mengingat pada 2021 dan 2022 masih tercatat surplus.

Data ini menjadi penting mengingat hal ini akan memengaruhi perspektif investor khususnya asing untuk berinvestasi di Tanah Air.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular