
Permintaan China Lemah, Harga Minyak Gagal Bullish

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah WTI anjlok pada awal perdagangan pagi hari ini, tak sejalan dengan minyak brent yang sedikit menguat. Harga minyak turun karena kekhawatiran permintaan mengimbangi dukungan harga minyak geopolitik.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (21/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 1,32% di posisi US$77,15 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,16% di posisi US$82,47.
Pada perdagangan Selasa (20/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 1,28% di posisi US$78,18 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terjun 1,46% ke posisi US$82,34 per barel.
Harga minyak berakhir lebih rendah pada perdagangan Selasa, karena kekhawatiran terhadap permintaan global mengimbangi dukungan harga minyak dari konflik Israel-Hamas.
Premi untuk minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) untuk kontrak bulan kedua CLc1-CLc2 meningkat lebih dari dua kali lipat, mencapai level tertinggi US$1,71 per barel, yang terlebar dalam empat bulan terakhir. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan energi untuk menjualnya sekarang daripada membayar untuk menyimpan produknya untuk beberapa bulan mendatang.
Selain itu, pasar minyak mentah sedikit lebih rendah dalam perdagangan yang tenang selama liburan Hari Presiden di AS dan karena kekhawatiran permintaan mengimbangi ketegangan geopolitik Timur Tengah yang sedang berlangsung, menurut catatan analis pasar IG Tony Sycamore.
AS juga kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai perang Israel-Hamas, menghalangi tuntutan gencatan senjata kemanusiaan segera dan malah mendorong badan beranggotakan 15 negara tersebut untuk menyerukan gencatan senjata sementara terkait dengan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, PBB telah memperingatkan bahwa serangan "dapat menyebabkan pembantaian."
Sementara itu, pelayaran menderita karena kelompok Houthi yang mendukung Palestina, meningkatkan serangan terhadap jalur di Laut Merah dan Selat Bab Al-Mandab. Serangan drone dan rudal telah menghantam setidaknya empat kapal sejak Jumat.
Kendati demikian investor nampaknya lebih khawatir terhadap lesunya permintaan global.
China mengumumkan penurunan suku bunga acuan hipotek terbesar yang pernah ada, terbesar sejak suku bunga referensi diperkenalkan pada tahun 2019 dan jauh lebih besar dari perkiraan para analis.
Bank sentral China memutuskan mempertahankan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 3,45%, yang merupakan patokan untuk sebagian besar pinjaman rumah tangga dan korporasi di China.
Namun, bank sentral China memotong suku bunga pinjaman lima tahun yang menjadi acuan patokan untuk sebagian besar hipotek, dipotong sebesar 25 basis poin menjadi 3,95%.
"Fakta bahwa pasar minyak mentah belum memberikan respons yang lebih positif menunjukkan betapa dalamnya masalah permintaan minyak di China," ujar John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York, kepada Reuters.
Laporan Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu merevisi turun perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun 2024, menjadi hampir satu juta barel per hari lebih rendah dari perkiraan kelompok produsen OPEC.
IEA memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 1,22 juta barel per hari (bph) tahun ini, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan OPEC sebesar 2,25 juta barel per hari.
Keduanya tidak sepakat mengenai peralihan ke energi terbarukan dan lebih ramah lingkungan. IEA, yang mewakili negara-negara industri, memperkirakan permintaan minyak akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 sementara OPEC memperkirakan penggunaan minyak akan terus meningkat selama dua dekade mendatang.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Tergelincir
