Rupiah Lesu Usai Pemilu, BI Buka Suara

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
19 February 2024 10:49
Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Garuda alias rupiah dibuka melemah 0,1% di angka Rp15.630/US$. Posisi ini semakin memperpanjang tren pelemahan yang telah terjadi pasca Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Hasil quick count telah menunjukkan bahwa pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul dengan perolehan suara di atas 57%. Begitupun dengan hasil real count sementara yang menempatkan keduanya di posisi pertama dengan suara 58% dari sekitar 70% suara yang masuk.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menghijau selama pekan lalu. Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 'ngegas'. Indeks tercatat melesat 1,22% sepanjang pekan lalu. Pada hari Jumat (16/2/2024), IHSG ditutup 0,44% ke posisi 7.335,54. Sayangnya, nasib baik tidak memihak rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto memastikan perkembangan terakhir masih dipengaruhi sentimen global khususnya USD, dimana indeks dolar (DXY) di minggu sebelumnya sempat melemah, namun di pekan lalu agak menguat kembali.

"Kondisi tersebut menyebabkan investor di pasar obligasi sempat mengalami koreksi yaitu outflow. Namun alhamdulillah di pasar saham asing masih inflow dan supply valas dari eksportir masih suport ke pasar valas domestik," ujarnya kepada CNBC Indonesia kemarin, Minggu (18/2/2024).

Kendati mengalami pelemahan, Edi memastikan secara umum, kondisi rupiah masih sangat terkendali. BI mencatat Premi CDS Indonesia 5 tahun per 15 Februari 2024 sebesar 70,92 bps, turun dibandingkan 9 Februari 2024 sebesar 72,58 bps.

Aliran modal asing juga cukup kuat. Berdasarkan data transaksi 12 - 15 Februari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp4,07 triliun terdiri dari jual neto Rp0,98 triliun di pasar SBN, beli neto Rp6,03 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,98 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Per 16 Februari 2024, yield SBN 10 tahun stabil di 6,62%.

Dengan demikian, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Tembus Rp16.300, Begini Penjelasan Bos BI!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular