Market Commentary

Jadi Saham Favorit Asing, BBRI BMRI BBNI Kompak Cetak Rekor

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 12/02/2024 18:53 WIB
Foto: Bank Rakyat Indonesia (detikFoto/Ari Saputra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga saham bank BUMN pada perdagangan hari ini, Senin (12/2/2024) melesat dan kembali mencetak level tertinggi sepanjang masa atau all time high.

Sejak pembuakaan hingga akhir perdagangan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) bertahan di zona hijau.

Saham BBNI ditutup melonjak 3,48% ke posisi Rp 5.950/unit, menjadi level ATH barunya pada hari ini. Terakhir BBNI mencetak ATH yakni pada perdagangan 2 Februari lalu di harga Rp 5.775/unit.


Sementara itu, saham BBRI melompat 2,99% ke Rp 6.025/unit. Ini menjadi level ATH terbaru BBRI, di mana terakhir BBRI mencetak ATH yakni pada 12 Januari lalu di Rp 5.850/unit.

Adapun BMRI pada penutupan hari ini melesat 2,16% menjadi Rp 7.100/unit. BMRI juga mencetak ATH barunya pada harga penutupan hari ini. Terakhir BMRI mencetak ATH yakni pada perdagangan Rabu pekan lalu pada level Rp 6.950/unit.

Berikut pergerakan tiga saham bank Himbara yang berhasil mencetak ATH barunya pada hari ini.

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank Negara Indonesia (Persero)BBNI5.9503,48%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI6.0252,99%
Bank Mandiri (Persero)BMRI7.1002,16%

Sumber: RTI

Diketahui, melesatnya tiga saham bank BUMN tersebut hingga kompak menyentuh rekor baru terjadi seiring dengan investor asing yang masih memborong ketiga saham tersebut.

Pada perdagangan Rabu pekan lalu atau sebelum libur panjang Imlek, asing tercatat memborong saham BBRI sebanyak Rp 356 miliar, sedangkan BMRI Rp 268 miliar, dan BBNI Rp 68 miliar.

Sepanjang pekan lalu, BMRI menjadi saham yang paling banyak diborong asing dengan capaian Rp 1,2 triliun, disusul BBRI sebesar Rp 1,1 triliun, dan BBNI Rp 449 miliar.

Hal ini karena kinerja keuangan pada 2023 dari ketiga saham tersebut yang melebihi ekspektasi pasar sebelumnya, mendorong investor kembali memburu ketiga saham tersebut.

Sebagai informasi, Bank Mandiri menorehkan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 55,06 triliun, naik 33,7% yoy sepanjang 2023. Capaian ini disokong oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 9,08% yoy menjadi Rp 9,89 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan perolehan laba tersebut juga menjadi yang terbesar sejak perusahaan didirikan 25 tahun lalu.

Adapun sepanjang 2023 Bank Mandiri membukukan kredit sebesar Rp 1.398 triliun, naik 16,3% yoy. Hal ini mendorong aset bank menjadi Rp 2.174 triliun, tumbuh 9,12% yoy.

Pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen, salah satunya didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 490 triliun pada akhir 2023, tumbuh 18,3% yoy. Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibanding segmen lain yaitu sebesar 21,2% yoy menjadi Rp 238 triliun.

Pertumbuhan ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang terus membaik. Per akhir 2023, NPL bank berlogo pita emas itu secara bank only berhasil turun sebesar 86 basis poin (bps) secara tahunan ke level 1,02%.

Sementara itu laba bersih BBNI pada 2023 mencapai Rp 20,9 triliun. Angka tersebut naik 14,2% secara tahunan. Laba perusahaan anak menyumbang Rp 419,4 miliar, dengan pertumbuhan 36,2% yoy.

Hasil positif ini diperoleh dari perbaikan fundamental, termasuk kontribusi fee-based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset. Sepanjang periode 2020-2023, BNI mampu mencatatkan rata-rata pertumbuhan kredit mencapai 7,9% per tahun.

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan bahwa laba perusahaan juga ditopang oleh pendapatan non-bunga. Sepanjang 2023 pos pendapatan ini naik 6,6% yoy menjadi Rp 21,47 triliun.

Bank pelat merah itu mencatatkan penyaluran kredit mencapai Rp695 triliun sepanjang tahun 2023, naik 7,6% yoy. Penyaluran kredit tersebut terutama didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit konsumer, dan perusahaan anak. Korporasi blue chip swasta tumbuh 14,3% yoy, blue chip BUMN tumbuh 11,8% yoy, kredit konsumer tumbuh 13,6% yoy, serta perusahaan anak yang tumbuh 134% yoy.

Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit tersebut, BNI juga telah menjaga kualitas portfolio kreditnya. Hal ini tercermin dari penurunan NPL di posisi 2,14% dan rasio kredit dalam risiko atau loan at risk (LaR) menurun jadi 12,9% di tahun 2023.

Sementara untuk laba bersih BBRI di 2023 sebesar Rp 60,4 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 17,54% secara tahunan dari perolehan tahun 2022 sebesar Rp51,40 triliun.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari penyaluran kredit BRI yang tercatat sebesar Rp 1.266,4 triliun, tumbuh 11,2% yoy pada periode Desember 2023. Dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.068 triliun, atau menyumbang komposisi sebesar 84,4%.

Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,12% dan NPL net sebesar 0,76% per Desember 2023. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 229,09%.

Selain karena kinerja keuangan ketiganya yang berada di atas ekspektasi, investor yang menanti pembagian dividen juga menjadi penopang ketiganya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kredit Perbankan Terhambat Risiko Ekonomi, Bankir Buka Suara