
The Fed Bikin Kecewa Pasar Lagi, Bursa Asia Dibuka Kebakaran

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Kamis (1/2/2024), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat, membuat pasar kembali kecewa akan keputusan tersebut.
Per pukul 08:00 WIB, hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang terpantau menguat pada hari ini, yakni menguat 0,69%.
Sedangkan sisanya terpantau melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang merosot 0,89%, Straits Times Singapura melemah 0,52%, dan ASX 200 Australia ambles 1,18%.
Di kawasan Asia-Pasifik, investor kembali memasang mode wait and see menanti rilis data aktivitas manufaktur periode Januari 2024 di beberapa negara. Adapun negara-negara yang akan merilis data aktivitas manufaktur terbaru yakni China (versi Caixin), Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia.
Sementara dari China, pada hari ini giliran data aktivitas manufaktur versi Caixin. Data yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Januari 2024 diprediksi sedikit menurun menjadi 50,6, tetapi masih berada di zona ekspansif dan berbeda dari versi resmi (NBS).
Sebelumnya kemarin, data PMI manufaktur China versi NBS periode Januari 2024 naik menjadi 49,2, dari sebelumnya di angka 49 pada Desember 2023. Angka ini sesuai dengan proyeksi dan konsensus para analis dalam jajak pendapatReuters.
Meskipun mencatatkan kenaikan pada Januari, PMI manufaktur tersebut masih berada dalam zona kontraksi. Adapun angka di atas 50 baru menunjukkan adanya ekspansi, dan angka 50 berarti stagnan.
Saat ini, perekonomian China memang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Stimulus pun terus diguyur untuk mendongkrak perekonomian Sang Naga.
China sedang mempertimbangkan meluncurkan stimulus jumbo melalui penerbitan obligasi spesial "ultra long" senilai CNY 1 triliun atau setara Rp2.166 triliun.
Pemerintah China juga berjanji untuk mengurangi jumlah likuiditas yang harus dimiliki bank-banknya sebagai cadangan awal bulan depan dalam upaya untuk meningkatkan perekonomiannya yang sedang kesulitan.
Persyaratan rasio cadangan (RRR) untuk bank akan dipotong sebesar 50 basis poin mulai 5 Februari, yang akan menyediakan CNY 1 triliun modal jangka panjang, kata Pan Gongsheng, gubernur bank sentral China (PBoC), pada konferensi pers di Beijing Rabu pekan lalu.
Guyuran stimulus ini adalah langkah ke sekian kalinya yang diambil pemerintahan Presiden Xi Jinping untuk membangunkan kembali ekonomi China.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasik yang cenderung melemah terjadi di tengah jatuhnya bursa saham AS, Wall Street kemarin, setelah pengumuman hasil pertemuan dua hari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
IndeksDow Jones Index (DJI) ditutup merosot 0,82%, S&P 500 ambruk 1,61%, dan Nasdaq Composite anjlok 2,23%.
Investor di Wall Street cenderung kecewa dengan keputusan dari The Fed yang mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat, meski The Fed kembali menahan suku bunga acuannya dini hari tadi waktu Indonesia, sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya.
The Fed mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang. Keputusan The Fed menahan suku bunga ini merupakan yang keempat kalinya dalam empat pertemuan terakhir. Keputusan juga sejalan dengan ekspektasi pasar.
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, Desember 2023, dan Januari 2024. Pertemuan The Fed selanjutnya akan digelar pada 19-20 Maret 2024.
The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
"Kamimerasa tidak patut untuk mengurangi target sasaran (suku bunga)sampai kami merasa lebih percaya diri jika inflasi sudah bergerak ke target sasaran 2%. Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi kamu masih memberi perhatian penuh terhadap risiko inflasi" tutur pernyataan The Fed dalam situs resminya.
Keinginan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat sepertinya belum akan terwujud. Chairman The Fed, Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat.
Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan jika The Fed belum cukup percaya diri untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.
"Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin mengatakan pada Anda jika saya merasa komite belum mencapai level percaya diri untuk menentukan apakah Maret adalah saat yang tepat untuk itu (pemangkasansuku bunga)," tutur Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dariCNBC International.
Sebagai catatan, inflasi AS kembali menguat ke 3,4%(year on year/yoy)pada Desember 2023, dari 3,1% (yoy) pada November.
Sementara untuk tingkat pengangguran ada di angka 3,7% per Desember 2023. Data non-farm payrolls (NFP) juga menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas dengan adanya tambahan lapangan kerja sebanyak 216.000 pada Desember 2023. Angka tersebut ada di atas proyeksi pasar yakni 170.000.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
