Awas! Salah Pilih Pengganti Sri Mulyani, Pasar Saham Bisa Terguncang

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
01 February 2024 09:10
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi IHSG. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang menteri keuangan menjadi sosok yang paling disorot oleh para pelaku pasar keuangan atau investor, saat kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) berlangsung. Jika presiden terpilih salah memilih menteri keuangan, pasar saham hingga obligasi akan guncang.

Hal itu diungkap oleh Wakil Presiden Direktur Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma. Menurutnya, para pelaku pasar sebetulnya juga telah memetakan sejak saat ini siapa calon menteri keuangan yang akan ditunjuk tiga calon presisen kontestan Pilpres 2024.

"Di pasar sudah ada rumor lah 01 kira-kira siapa, walaupun nanti presidennya sendiri yang tentukan, kita enggak tahu. 02 misalnya si ini, 03 si ini. Jadi orang sudah mulai ngukur-ngukur," ungkap Suria dalam program Power Lunch CNBC Indonesia dikutip Kamis (1/2/2024).

Pelaku pasar keuangan pun sudah memiliki sejumlah kriteria menteri keuangan idaman. Menurutnya, yang paling umum ialah sosok yang berintegritas, tegas dan yakin terhadap tindakannya, hingga menguasai pasar.

"Jadi menguasai pasar, jangan seperti ragu, pasar menekan terus ragu itu jangan. Biar pun salah enggak masalah asal tegas aja. Salah normal tapi ketegasan itu perlu dan kredibilitas, jadi orang percaya dengan menteri keuangan," tutur Suria.

Suria menambahkan, pengaruh sentimen politik memang sangat kuat di pasar saham dan obligasi. Ia mencontohkan, kondisi itu juga pernah terjadi saat periode awal pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menyatakan programnya akan fokus untuk pembangunan infrastruktur.

"Contoh saat Jokowi pertama menjabat, priroitas utama kan infrastruktur, tiba-tiba market sangat hot terhadap saham-saham konstruksi, yang karya-karya waktu itu kan, itu jadi catatan juga," ucap Suria.

Adapun, isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari kabinet Presiden Joko Widodo, juga sebetulnya sempat memengaruhi pasar keuangan pekan lalu.

Chief Economist Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian mengatakan, nilai tukar rupiah yang telah diperdagangkan ke level 15.600 dan terendah Rp 15.845 per dolar AS sepanjang minggu lalu, salah satunya disebabkan sentimen negatif para pelaku pasar keuangan dari isu mundurnya para menteri itu.

"Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah isu menteri yang akan mundur," ungkap Fakhrul kepada CNBC Indonesia TV dikutip Selasa (30/1/2024).

Selain nilai tukar rupiah yang terdampak isu mundurnya para menteri Jokowi ini, sepanjang pekan lalu imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan tenor 10 tahun juga meningkat 5,1 basis poin menjadi 6,674%, dari sebelumnya pada perdagangan dua pekan lalu yang di level 6,623%. Imbal hasil yang naik menandai harga SBN yang jatuh karena investor menjual SBN.

Tak terkecuali aliran modal asing yang sepekan lalu terus keluar dari pasar keuangan domestik. Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22 - 25 Januari 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp3,2 triliun terdiri dari jual neto Rp3,31 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,52 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Aksi jual neto investor asing berbanding terbalik dari pekan sebelumnya yang menunjukkan net buy sebesar Rp 7,66 triliun pada 15-18 Januari. Kendati outflow pada pekan lalu, investor asing sepanjang Januari tercatat beli neto Rp7,11 triliun di pasar SBN, beli neto Rp7,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp18,92 triliun di SRBI.

"Jadi kalau ada trigger negatif gampang keluarnya tapi kalau OK ya bisa masuk lagi. (Investor) cari aman, masuk ke instrumen jangka pendek," ujar Ekonom Senior Bank Central Asia, Barra Kukuh Mamia.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 6 Tanda Perusahaan Mau Delisting, Investor Wajib Waspada!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular