Rupiah Ditutup Kuat 4 Hari Beruntun, Dolar ke Level Rp15.775

rev, CNBC Indonesia
31 January 2024 15:33
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap pelaku pasar yang masih menunggu hasil pertemuan bank sentral AS (The Fed) kamis dini hari nanti dan optimisme Bank Indonesia (BI) akan terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.775/US$ atau menguat 0,01%. Hal ini berbeda dengan disaat pembukaan perdagangan yang justru melemah. Dengan posisi saat ini, rupiah tercatat terapresiasi selama empat hari beruntun.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.49 WIB naik 0,2% menjadi 103,6. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (30/1/2024) yang berada di angka 103,39.

Pada dini hari nanti (1/2/2024), The Fed akan menggelar rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) pukul 02:00 WIB.

The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar berekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,50% pada bulan ini. Namun, yang ditunggu pasar adalah sinyal The Fed ke depan.

Pelaku pasar semula memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Namun, masih kencangnya inflasi AS dan masih panasnya data tenaga kerja AS membuat pasar mulai pesimis. Proyeksi pemangkasan kini bergeser ke Mei.

Keputusan The Fed akan sangat menentukan pasar keuangan global, termasuk Indonesia mengingat AS adalah perekonomian terbesar di dunia serta pencetak dolar AS.

Gubernur BI Perry Warjiyo optimistis bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini.

"Orang masih menebak apa benar Fed Fund Rate akan turun, semester I atau semester II, tapi jelas akan turun," tegas Perry dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1/2024).

Adapun, dolar tetap kuat saat ini. Namun, Perry yakin penguatan ini akan mereda setelah FFR turun. Di sisi lain, Perry mengingatkan semua pihak harus tetap waspada. Pasalnya, tantangan ekonomi masih dibayangi oleh pelemahan ekonomi China dan tensi geopolitik global masih akan naik turun.

Perry berharap kondisi ini tidak membuat Indonesia surut. Semua pihak harus optimistis.

"Tahun 2024, Insya Allah, Tuhan yang maha kuasa memberikan rahmatnya bagi kita semua," tegasnya.

Ketika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini akan memberi angin segar bagi mata uang Garuda karena tekanan yang hadir akan berkurang. Pada akhirnya, hal ini akan berujung pada apresiasi rupiah di semester II-2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular