Pasar Menanti Keputusan The Fed, Rupiah Dibuka Turun Rp15.785/US$

rev, CNBC Indonesia
31 January 2024 09:17
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap pelaku pasar yang masih menunggu hasil pertemuan bank sentral AS (The Fed) kamis dini hari nanti.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat di angka Rp15.785/US$ atau melemah 0,05% dan tidak sampai dua menit, rupiah kembali terdepresiasi ke level Rp15.800/US$. Pelemahan ini memutus penguatan yang terjadi tiga hari beruntun sejak 26 Januari 2024.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 8.46 WIB naik tipis 0,03% menjadi 103,43. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (30/1/2024) yang berada di angka 103,39.

Pada hari Selasa (30/1/2024), International Monetary Fund (IMF) merilis outlook terbaru Moderating Inflation and Steady Growth Open Path to Soft Landing. Dalam outlook terbaru mereka, IMF mengatakan perekonomian globall akan mengalami 'soft landing' pada 2024. IMF juga menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global lebih tinggi, meningkatkan prospek Amerika Serikat dan China sebagai dua ekonomi terbesar di dunia dan menyebutkan penurunan inflasi yang lebih cepat dari perkiraan.

Dalam World Economic Outlook (WEO) terbaru, pertumbuhan tahun ini akan berada di kisaran 3,1%, naik 0,2 poin persentase dari perkiraan Oktober. 'Ketahanan' yang tak terduga di negara-negara maju dan berkembang menjadi alasan. Proyeksi pertumbuhan global untuk 2025 tidak berubah yakni 3,2% pada tahun 2025.

Sementara ekonomi Indonesia masih diproyeksikan tumbuh 5% pada 2024 dan 2025.

Hal ini dinilai cukup baik bahwa inflasi terus bergerak melandai dan ekonomi dapat bertumbuh cukup baik.

Tidak sampai disitu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga optimis bahwa rupiah akan menguat ke depannya khususnya pada semester II-2024.

"Ke depan kami yakin bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil bahkan ada kecenderungan menguat khususnya di paruh kedua 2024," tutur Perry.

Dia menambahkan meredanya ketidakpastian global juga akan membuat rupiah menguat. BI juga menyiapkan sederet intervensi apabila dibutuhkan untuk menjaga pergerakan nilai tukar akibat sentimen global. Di samping juga tetap efektivitaskan strategi operasi moneter yang pro market.

"Didukung dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, turunnya yield termasuk US Treasury dan turunnya penguatan dolar as dan penguatan didukung pula oleh operasi moneter yang kami lakukan yang pro market," paparnya.

Kendati demikian, pasar juga masih menunggu hasil dari keputusan The Fed perihal suku bunganya dan pernyataan chairman The Fed Jerome Powell terkait kebijakan The Fed ke depan.

Hal ini menjadi penting mengingat jika kepastian pemangkasan suku bunga The Fed terjadi dan dalam jumlah yang cukup besar, maka tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin kecil. Alhasil rupiah dapat terapresiasi terhadap dolar AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular