
Meski Ada Kabar Buruk, Tetapi Bursa Asia Tetap Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka menguat pada perdagangan Selasa (30/1/2024), meski ada kabar buruk dari China di mana raksasa properti China yakni Evergrande telah dilikuidasi oleh pengadilan Hong Kong.
Per pukul 08:20 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,34%, Straits Times Singapura bertambah 0,46%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,5%, dan KOSPI Korea Selatan menanjak 0,66%.
Kabar buruk datang dari China dan Hong Kong, di mana pengadilan Hong Kong memerintahkan likuidasi raksasa properti China Evergrande kemarin. Hakim Pengadilan Tinggi Linda Chan mengeluarkan perintah penutupan.
"Karena kurangnya kemajuan di pihak perusahaan dalam mengajukan proposal restrukturisasi yang layak dan kebangkrutan perusahaan," ujar Chan mengumumkan alasan likuidasi dikutipAFP.
Kehancuran Evergrande telah diawasi dengan ketat karena pernah menjadi pilar perekonomian China. Dengan sektor konstruksi dan properti menyumbang sekitar seperempat produk domestik bruto (PDB).
Namun Presiden Xi Jinping menganggap utang yang diperoleh Evergrande dan perusahaan properti lainnya merupakan risiko yang tidak dapat diterima bagi sistem keuangan dan kesehatan ekonomi China.
Setelahnya gelombang gagal bayar pun menyusul. Pada akhir Juni 2023, Evergrande memperkirakan memiliki utang sebesar US$ 328 miliar atau sekitar Rp 5.184 triliun (asumsi kurs Rp 15.805/US$).
Di lain sisi, bursa Asia-Pasik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
IndeksDow Jones Index (DJI) ditutup menguat 0,59%, S&P 500 bertambah 0,76%, dan Nasdaq Composite berakhir melesat 1,12%.
Serentetan laporan kinerja keuangan dari saham-saham teknologi di AS terkemuka dan momentum yang berdekatan dengan teknologi telah menanti, dimulai pada hari ini yakni Alphabet (Google) dan Microsoft.
Kemudian berlanjut pada Rabu ada rilis Qualcomm,puncaknya padaKamis akan ada rilis kinerja Apple, Amazon.com, dan Meta Platforms (Facebook).
Selain itu, Rapat FOMC bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dijadwalkan dimulai pada hari ini hingga Rabu besok untuk mengadakan pertemuan kebijakan moneter, di mana para anggota yang mempunyai hak suara diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50%.
"Powell mungkin akan berhati-hati. The Fed tidak ingin terbebani oleh inflasi, dan akan menunda pemotongan (perkiraan) pada bulan Maret sebagai kepastian," ujar Detrick, dilansir dari Reuters.
Ketua The Fed, Jerome Powell dan pembuat kebijakan lainnya telah memperingatkan untuk tidak mengharapkan penurunan suku bunga sebelum inflasi turun ke target rata-rata tahunan sebesar 2%. Namun mereka juga berjanji untuk tetap tangkas dalam menanggapi data ekonomi.
Di lain sisi, data ekonomi AS yang kuat akhir-akhir ini terutama data produk domestik bruto (PDB) dan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang kuat pada pekan lalu, secara bersamaan telah meredakan ketakutan akan resesi yang akan segera terjadi dan menghilangkan harapan bahwa The Fed akan mulai memotong suku bunga secepatnya pada Maret 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
