
Ramalan Chatib Basri, The Fed Akan Pangkas Suku Bunga Segini di 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior sekaligus Menteri Keuangan di era Presiden SBY Chatib Basri memperkirakan Federal Reserve AS akan mulai menurunkan Fed Fund Rate (FFR) pada semester II-2024. Kendati demikian, penurunan ini akan dilakukan The Fed dengan hati-hati.
"Fed akan turunkan tingkat bunga 2-3 kali di paruh kedua 2024, challenge-nya adalah defisit di AS masih besar, jadi akan ada kebutuhan bond issuance yang cukup besar," paparnya selepas acara IIF, Senin (29/1/2024).
Defisit AS saat ini mencapai US$ 1,7 triliun pada 2023, meningkat 23% dari posisi tahun 2022. Defisit ini sejalan dengan penerimaan AS yang turun US$457 miliar atau sekitar 9%.
Chatib mengingatkan ketika AS merilis surat utang (bond) cukup besar, sementara peluang resesi mengecil, maka investor tak akan membeli surat utang Negeri Paman Sam tersebut.
"Orang gak akan pegang bond yang digunakan uangnya untuk transaksi, demand bond akan turun, supply naik, maka price bond-nya akan jatoh dan yield akan naik. Ini yg mungkin akan membuat The Fed harus hati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga," ujarnya.
"Tapi melihat trennya, saya gak akan surprise kalau mereka lakukan 2-3 kali di paruh kedua 2024 ," sambungnya. Jika The Fed menurunkan suku bunga, maka ini menjadi sentimen baik untuk rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan situasi terakhir menunjukkan kenaikan suku bunga acuan atau fed fund rate diperkirakan berakhir.
"Siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju termasuk FFR diperkirakan telah berakhir," ungkap BI Perry Warjiyo dalam paparan hasil RDGI BI bulan ini, dikutip Senin (29/1/2024).
BI memperkirakan penurunan suku bunga acuan AS akan terjadi pada semester II-2024.
"Kemungkinan akan mulai turun pada semester II 2024," jelasnya.
Sementara itu yield obligasi pemerintah negara maju, termasuk AS turun secara gradual meski masih berada di level yang tinggi. Dengan demikian, tekanan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia termasuk negara-negara emerging market juga berkurang.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Kok Makin Ambruk? Ini 'Biang Keladinya'
