Market Commentary

IHSG Sempat Anjlok 1%, Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 26/01/2024 10:01 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali merana pada perdagangan sesi I Jumat (26/1/2024), di mana investor masih cenderung wait and see hingga hari ini.

Per pukul 09:47 WIB, IHSG melemah 0,75% ke posisi 7.124,459. Bahkan, IHSG sempat ambles 1% beberapa menit setelah sesi I dibuka.

Nilai transaksi IHSG pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3 triliun dengan melibatkan 5 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 362.472 kali. Sebanyak 186 saham menguat, 260 saham melemah, dan 219 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor transportasi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,19%. Selain itu, sektor teknologi juga menjadi pemberat IHSG yakni sebesar 1%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Chandra Asri PetrochemicalTPIA-15,075.150-6,79%
Bank Central AsiaBBCA-10,279.325-1,84%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-5,805.450-1,36%
Amman Mineral InternasionalAMMN-4,197.400-1,66%
Barito Renewables EnergyBREN-3,855.100-2,86%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-2,333.950-0,75%
Astra InternationalASII-2,255.000-0,99%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 15 indeks poin. Hal ini lantaran saham TPIA sendiri resmi keluar dari Indeks LQ45 per hari ini.

IHSG yang sempat ambles hingga 1% terjadi di tengah masih kuatnya data ekonomi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan ekonomi AS tumbuh sebesar 3,3% pada kuartal IV-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari ekspektasi 2% dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang menggarisbawahi berlanjutnya ketahanan ekonomi meskipun ada kenaikan suku bunga dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sementara untuk data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) mencatat kenaikan triwulanan sebesar 2% ketika tidak termasuk makanan dan energi, yang merupakan ukuran inti yang disukai The Fed ketika menilai inflasi. Inflasi umum hanya meningkat 1,7%.

Namun, data tenaga kerja AS terbaru menunjukkan kebalikan dari data ekonomi terbaru AS, di mana Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat 25.000 menjadi 214.000 pada pekan yang berakhir tanggal 20 Januari.

Angka ini meningkat secara signifikan dari level terendah dalam 16 bulan yang dicapai pada minggu sebelumnya dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 200.000.

Sementara itu, klaim yang berlanjut meningkat sebesar 27.000 menjadi 1.833.000, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar 1.828.000 yang menunjukkan bahwa para penganggur membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan.

Data tersebut kontras dengan serangkaian angka ketenagakerjaan yang dirilis pada bulan Desember dan awal Januari, menantang pandangan bahwa pasar tenaga kerja akan tetap kuat secara historis setelah kampanye pengetatan yang dilakukan oleh The Fed.

Selain itu, IHSG yang sempat terkoreksi parah juga terjadi di tengah depresiasi rupiah yang masih belum berakhir hingga hari ini.

Pada pagi hari ini sekitar pukul 09:40 WIB, rupiah melemah tipis 0,06% ke posisi Rp 15.830/US$. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 2 November 2023 atau sekitar dua bulan terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat