Penjualan Ritel AS Naik, Wall Street Dibuka Koreksi!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 17/01/2024 22:06 WIB
Foto: (AP/J. David Ake)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga indeks acuan di Bursa Wall Street kompak dibuka merah malam ini, setelah rilis data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) naik lebih tinggi dari perkiraan. Hal tersebut semakin mengurangi ekspektasi kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve melonggarkan kebijakan moneter-nya.

Melansir data Refinitiv, pada pembukaan pasar malam ini, Rabu (17/1/2024) indeks Dow Jones Industrial Average susut 79,27 poin atau 0,21% menuju 37.281,85. Kemudian indeks Nasdaq Composite turun 129,58 poin yang setara 0,86% ke 14.814,77 dan indeks S&P 500 merosot 26,85 poin atau 0,56% ke posisi 4.739,13.

Pembukaan wall street di zona merah, semakin memperpanjang tren pelemahan yang sudah terjadi sejak kemarin. Hal ini terjadi lantaran ada kenaikan penjualan AS yang meleset dari perkiraan.


Berdasarkan laporan Departemen Perdagangan, penjualan ritel pada Desember 2023 naik 0,6% secara bulan (month-to-month/mtm). Nilai tersebut meleset dari konsensus yang diperkirakan survei Reuters hanya naik 0,4%,

.Peningkatan penjualan ritel ini berkorelasi dengan inflasi yang diperkirakan bisa semakin memanas. Akibat itu, saat ini ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan Maret mendatang turun jadi 55%, padahal dalam beberapa hari terakhir sudah mencatat peluang di atas 60%, menurut data yang diperhitungkan FedWatch Tool CME Group.

Senada dengan prospek pelonggaran kebijakan the Fed yang mungkin akan terjadi lebih lama dari perkiraan. Melansir dari Reuters, Stuart Cole, kepala ekonom di Equiti Capital di London mengatakan dengan rilis kenaikan data-data ekonomi yang masih panas akan memberikan keraguan.

"Bagi The Fed, angka-angka tersebut akan menimbulkan keraguan lebih lanjut terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pertama yang dilakukan pada bulan Maret, kemungkinan penurunan tersebut semakin berkurang dengan setiap rilis data yang kami dapatkan," kata Stuart. .

Setelah rilis data penjualan ritel tersebut, imbal hasil obligasi acuan AS dengan tenor 10 tahun juga terpantau menguat jadi lebih dari 4%. Kenaikan yield tersebut menunjukkan obligasi AS mulai dilepas investor karena harganya turun.

Obligasi yang dilepas investor akan membuat peredaran dolar AS meningkat, sehingga nilai indeks dolar AS (DXY) semakin meningkat. Pada penutupan kemarin Selasa DXY terpantau naik nyaris 1%, dan malam ini hingga pukul 21.51 WIB DXY kembali naik 0,26% ke posisi 103,61.

Dolar AS yang semakin menguat bisa menekan gerak pasar saham, pada pra pembukaan pasar hari beberapa saham kapitalisasi besar terlihat bergerak koreksi. Sebut saja, ada Alphabet (GOOG) yang turun 0,6%, kemudian ada saham Amazon (AMZN) dan saham emiten yang menaungi Instagram (META) sama-sama turun 0,9%.

CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik