
6 Saham Ini yang Bikin IHSG Ambles 1% Jelang BI Rate

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles pada perdagangan sesi II Rabu (17/1/2024), di tengah sikap wait and see investor menanti keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI).
Per pukul 14:32 WIB, IHSG ambles 1,02% ke posisi 7.168,62. IHSG pun menyentuh level psikologis 7.100 pada perdagangan sesi II hari ini.
Nilai transaksi IHSG pada sesi II hari ini sudah mencapai sekitar Rp 7,5 triliun dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 179 saham menguat, 358 saham melemah, dan 225 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi II hari ini, yakni mencapai 1,84%. Selain itu, sektor kesehatan, bahan baku, dan industri juga memperberat IHSG masing-masing 1,32%, 1,2%, dan 1,02%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi II hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -10,33 | 86 | -4,44% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -8,82 | 5.750 | -1,29% |
Astra International | ASII | -5,63 | 5.375 | -2,27% |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | -5,07 | 3.410 | -4,21% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | -5,05 | 7.225 | -2,69% |
Bank Central Asia | BBCA | -3,53 | 9.675 | -0,26% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi II hari ini, yakni mencapai 10 indeks poin.
IHSG ambles terjadi di tengah lesunya perekonomian China pada tahun lalu. NBS melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) China pada 2023 hanya tumbuh 5,2%.
Hal ini menjadi salah satu pertumbuhan tahunan terlemah di China dalam lebih dari tiga dekade terakhir. China sendiri saat ini masih berjuang melawan krisis properti yang melumpuhkan, lesunya konsumsi, dan gejolak global.
Angka ini muncul seiring PDB kuartal keempat yang sedikit di bawah ekspektasi. PDB selama tiga bulan terakhir tahun 2023 naik hanya 5,2%. Angka tersebut juga berada di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters yakni sebesar 5,3%.
Hal ini tentunya juga menjadi kabar kurang baik bagi Indonesia, karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga lesunya ekonomi China tentu tidak menguntungkan Indonesia.
Selain itu, investor juga cenderung wait and see menanti kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI).
Pada hari ini, BI akan mengumumkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari dan juga mengumumkan keputusan suku bunga terbarunya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga/institusi memperkirakan secara absolut bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali ketiga BI menahan di level tersebut setelah sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bp) dari 5,75%.
BI kemungkinan besar akan menahan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah sudah melandainya inflasi Indonesia.
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan menegaskan jika kebijakan moneter kini difokuskan untuk menjaga stabilitas rupiah mengingat inflasi yang sudah terkendali.
Selain keputusan suku bunga, pelaku pasar hingga investor juga menunggu sinyal BI mengenai kebijakan suku bunga ke depan, terutama kapan BI akan mulai memangkas suku bunga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan