
Breaking, IHSG Ambles 1% Jelang Pengumuman BI Rate

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles hingga 1% pada perdagangan sesi II Rabu (17/1/2024), di tengah sikap wai and see investor menanti keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI).
Per pukul 14:19 WIB, IHSG ambles 1% ke posisi 7.170,3. IHSG pun menyentuh level psikologis 7.100 pada perdagangan sesi II hari ini.
Nilai transaksi IHSG pada sesi II hari ini sudah mencapai sekitar Rp 7 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 973.723 kali. Sebanyak 176 saham menguat, 355 saham melemah, dan 231 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi II hari ini, yakni mencapai 1,82%.
IHSG cenderung volatil karena investor cenderung wait and see menanti kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI).
Pada hari ini, BI akan mengumumkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari dan juga mengumumkan keputusan suku bunga terbarunya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga/institusi memperkirakan secara absolut bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Jika BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, maka ini menjadi kali ketiga BI menahan di level tersebut setelah sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bp) dari 5,75%.
BI kemungkinan besar akan menahan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah sudah melandainya inflasi Indonesia.
Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan menegaskan jika kebijakan moneter kini difokuskan untuk menjaga stabilitas rupiah mengingat inflasi yang sudah terkendali.
Selain keputusan suku bunga, pelaku pasar hingga investor juga menunggu sinyal BI mengenai kebijakan suku bunga ke depan, terutama kapan BI akan mulai memangkas suku bunga.
Sementara itu, sentimen kurang menggembirakan datang dari China, di mana perekonomian China hanya tumbuh 5,2%pada tahun lalu, berdasarkan data dari NBS.
Hal ini menjadi salah satu pertumbuhan tahunan terlemah China dalam lebih dari tiga dekade terakhir. China sendiri saat ini masih berjuang melawan krisis properti yang melumpuhkan, lesunya konsumsi dan gejolak global.
Angka ini muncul seiring produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat yang sedikit di bawah ekspektasi. PDB selama tiga bulan terakhir tahun 2023 naik hanya 5,2%. Angka tersebut juga berada di bawah perkiraan jajak pendapat Reuters yakni sebesar 5,3%.
Hal ini tentunya juga menjadi kabar kurang baik bagi Indonesia, karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga lesunya ekonomi China tentu tidak menguntungkan Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan