
Cadangan Devisa Jadi Harapan, Apakah Rupiah Bisa Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah ke atas level psikologis Rp15.500/US$. Kendati begitu, hari ini ada potensi pembalikan arah menguat lantaran akan rilis data cadangan devisa RI yang diharapkan naik.
Melansir data Refinitiv, hingga akhir pekan lalu, Jumat (5/1/2024) mata uang Garuda terdepresiasi 0,16% secara harian ke posisi Rp15.510/US$. Pelemahan tersebut melanjutkan tren koreksi selama 4 hari beruntun atau sejak 2 Januari 2024.
Dalam basis mingguan, rupiah mematahkan tren penguatan selama tiga pekan beruntun dengan pelemahan sepanjang pekan lalu sebesar 0,75%.
Pelemahan rupiah terjadi lantaran tekanan dari kenaikan indeks dolar AS (DXY). Terpantau pada Jumat lalu DXY hingga pukul 14.59 WIB naik 0,19% menjadi 102,61. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (4/1/2024) yang berada di angka 102,42.
Pelemahan yang terjadi pekan lalu terjadi seiring dengan sikap pelaku pasar yang merespon kondisi pasar tenaga AS yang masih kuat.
Sebelumnya, pada Kamis pekan lalu (4/1/2024), AS telah merilis klaim pengangguran serta data penciptaan lapangan kerja. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran terpantau turun lebih besar dari perkiraan, hal ini menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja masih cukup ketat.
Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 18.000 menjadi 202.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 30 Desember. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 216.000 klaim untuk minggu terakhir. Data klaim tersebut cenderung berfluktuasi sepanjang tahun ini karena hari libur.
Kendati begitu, pada hari ini, Senin (8/1/2024) akan ada rilis data cadangan devisa RI oleh Bank Indonesia (BI) untuk periode Desember 2023 yang diperkirakan bisa meningkat ke US$ 140 miliar, dibandingkan November 2023 di posisi US$ 138,1 miliar.
Jika Cadev Desember 2023 naik, ini akan melanjutkan kenaikan cadev selama dua bulan beruntun setelah sempat terperosok ke posisi US$ 133,1 miliar pada Oktober 2023 yang merupakan posisi terendah sejak November 2022 dan merupakan penurunan selama tujuh bulan beruntun.
Proyeksi peningkatan cadev pada akhir tahun 2023 terjadi lantaran derasnya aliran asing kembali masuk ke Tanah AIr sejalan dengan meredanya ketidakpastian eksternal. Hal ini diharapkan bisa memicu apresiasi rupiah pada awal pekan ini.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data transaksi yang dirilis Bank Indonesia (BI) untuk periode 27-28 Desember 2023, asing tercatat masuk ke pasar keuangan Indonesia dengan melakukan beli neto sebanyak Rp 4,28 triliun.
"Berdasarkan data transaksi 27-28 Desember 2023, non residen di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 4,28 triliun," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono lewat keterangan tertulis, Jumat (29/12/2023).
Erwin mengatakan asing tercatat melakukan beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pasar saham, maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Untuk pasar SBN, asing tercatat melakukan beli neto Rp 0,3 triliun; sementara di pasar saham, asing tercatat beli neto Rp 2 triliun, dan di SRBI beli neto Rp 1,98 triliun.
Sementara itu, apabila dilihat dari data setelmen sejak awal tahun hingga 28 Desember 2023, asing tercatat masuk ke pasar SBN dan SRBI.
Nonresiden melakukan beli neto di pasar SBN sebanyak Rp 80,45 triliun dan beli neto Rp 52,81 triliun di SRBI.
Lebih lanjut, untuk pasar saham selama kurun waktu sebulan terakhir (5 Desember 2023 - 5 Januari 2024) mencatat net foreign buy sebanyak Rp2,35 triliun.
BI menyatakan, posisi cadangan devisa pada Desember 2023 akan dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa.
Sebagai catatan, posisi cadangan devisa pada November 2023 setara setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI juga menilai bahwa cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis satu jam, pergerakan rupiah kini memasuki tren pelemahan mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20). Garis tersebut sekaligus merupakan level psikologis yang kini menjadi support terdekat di posisi Rp15.500/US$ apabila rupiah mengalami penguatan dalam jangka pendek.
Kendati demikian, karena tren masih dalam pelemahan maka perlu diantisipasi jika ada depresiasi lanjutan. Paling tidak, dicermati posisi resistance terdekat di posisi Rp15.535/US$. Angka tersebut didapatkan dari garis horizontal berdasarkan high candle yang pernah diuji pada 4 Januari 2024.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Rupiah Ambruk 0,7%, Dolar ke Rp15.600