
IHSG Loyo di Perdagangan Perdana 2024, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I perdana di 2024, Selasa (2/1/2024), di mana investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi periode Desember 2023 sekaligus inflasi sepanjang 2023.
Per pukul 09:54 WIB, IHSG turun 0,11% ke posisi 7.265,05. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I perdana di 2024 mencapai sekitaran Rp 1,5 miliar dengan melibatkan 3,8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 256.445 kali. Sebanyak 277 saham menguat, 221 saham melemah, dan 195 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat terbesar IHSG di awal perdagangan perdana tahun 2024, yakni mencapai 0,99%. Namun, sektor transportasi dapat menahan koreksi IHSG yakni mencapai 2,26%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -8,77 | 5.650 | -1,31% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | -5,05 | 6.425 | -1,91% |
Bayan Resources | BYAN | -4,02 | 19.650 | -1,26% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -2,26 | 6.025 | -0,41% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,07 | 85 | -1,16% |
Bank Central Asia | BBCA | -1,74 | 9.375 | -0,27% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 8,8 indeks poin.
IHSG yang melemah di perdagangan perdana 2024 terjadi di tengah sikap investor yang cenderung wait and see memantau rilis data inflasi Indonesia periode Desember 2023 atau akhir tahun 2023.
Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Desember 2023 sekaligus sepanjang 2023. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Desember 2023 akan melonjak angka 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Naik drastis dibandingkan pada November yang tercatat 0,38%. Secara historis, inflasi Desember biasanya melonjak karena ada kenaikan permintaan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dalam lima tahun terakhir, inflasi bulanan Desember menembus 0,53%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy)akan menembus 2,72% pada Desember 2023. Inflasi ini lebih rendah dibandingkan pada November yang tercatat 2,86%.
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sedikit melandai menjadi 1,86% pada Desember (yoy) dibandingkan 1,87% pada November.
Inflasi tahunanRI pada Desember 2023 juga mencerminkan inflasi sepanjang 2023. Inflasi 2023 diperkirakan akan melandai drastis dari 2022 yang menyentuh 5,51%.
Melandainya inflasi menjadi kabar baik mengingat daya beli masyarakat akan terbantu dan konsumsi bisa meningkat.
Di lain sisi, Wakil Presiden Republik Indonesia,Ma'ruf Amin mengungkapkan keyakinan pasar modal RI mampu bekerja lebih cerah pada tahun ini.Optimisme ini disebutkan karena berkaca pada kinerja cemerlang pasar modal tahun lalu, meski situasi ekonomi dan geopolitik global yang tidal optimal.
"Gejolak perekonomian global akibat fluktuasi harga komoditas dan fragmentasi geopolitik menuntut antisipasi dan respons kebijakan yang fleksibel, terukur dan andal dalam fiskal dan moneter," sebut Ma'ruf Amin dalam pembukaan perdagangan perdana di Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1/2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan