BI Bakal Rilis Suku Bunga Besok, Rupiah Siap Ngegas?

rev, CNBC Indonesia
20 December 2023 15:08
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Kamis (21/12/2023). Investor cenderung bersikap wait and see menunggu hasil RDG tersebut.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.505/US$ atau terdepresiasi 0,03%. Pelemahan ini berkebalikan dengan penguatan yang terjadi kemarin (19/12/2023) yakni sebesar 0,03%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.41 WIB naik 0,11% menjadi 102,27. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (19/12/2023) yang berada di angka 102,16.

Bank sentral China (PBoC) pagi tadi telah merilis suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun dan lima tahun yang sesuai konsensus.

Hasil menunjukkan bahwa PBoC menahan LPR satu tahun di angka 3,45% dan 4,2% untuk tenor lima tahun. Hal tersebut sesuai dengan konsensus dalam jajak pendapat terhadap 28 pengamat pasar yang dilakukan pekan ini, seluruh partisipan memperkirakan baik LPR satu tahun maupun tenor lima tahun tidak akan berubah yakni masing-masing di angka 3,45% dan 4,2%.

Sebagai informasi, sepanjang 2023, PBoC telah memangkas LPR untuk mempercepat pemulihan ekonomi mereka. Kendati demikian, kondisi ekonomi China saat ini memang belum juga membaik pasca Covid-19.

Hal ini memiliki dampak terhadap Indonesia mengingat China merupakan mitra dagang utama khususnya perihal ekspor dan China merupakan negara dengan perkonomian terbesar di Asia.

Beralih ke dalam negeri, hari ini akan dimulai RDG BI hingga besok (21/12/2023) salah satunya membahas perihal suku bunga acuan (BI7DRR).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,00%.

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, seluruh instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro memproyeksi BI akan menahan level suku bunga acuan di 6% dalam RDG BI Desember 2023.

Andry menyebutkan ada beberapa hal yang mempengaruhi kebijakan BI yakni terkait keputusan The Fed dan inflasi. Di mana Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) Desember ini menahan suku bunga di 5,25%-5,5% dan tren pelemahan Indeks Dolar yang terus terjadi telah mendorong keyakinan stabilitas Rupiah lebih terjaga.

Selain itu, Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz melihat kebijakan BI sudah berada dalam tahap "equilibrium". Dimana kenaikan suku bunga BI di 6% sudah mampu menjaga stabilitas Rupiah dan portofolio asing sudah mulai masuk.

Tidak sampai disitu, pelaku pasar juga menunggu apakah BI akan mengisyaratkan untuk tidak menaikkan suku bunganya atau bahkan memangkas suku bunganya dalam waktu dekat setelah The Fed mulai ada indikasi untuk dovish.

Sebagai informasi, dalam pertemuan pekan lalu (12-13 Desember 2023), The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Dokumen dot plot The Fed mengisyaratkan jika The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebanyak 3 kali sebesar 75 bps pada tahun depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular