
9 Saham Farmasi Beterbangan, Efek Covid-19 Naik Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten farmasi ditutup kompak bergairah pada perdagangan Selasa (19/12/2023) kemarin, di tengah kembali naiknya kasus Covid-19 yang melanda beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Hingga akhir perdagangan kemarin kesembilan saham farmasi berhasil menghijau dengan enam saham melesat lebih dari 1%, bahkan ada yang terbang nyaris 25%, sedangkan sisanya yakni tiga saham menguat kurang dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten farmasi pada perdagangan Selasa kemarin
Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menjadi saham farmasi yang penguatannya paling besar kemarin, yakni terbang 24,9% ke posisi Rp 1.580/saham.
Tak hanya KAEF, saham farmasi Grup Biofarma lainnya yakni PT Phapros Tbk (PEHA) dan PT Indofarma Tbk (INAF) juga terbang masing-masing 23,13% dan 10%.
Melesatnya saham farmasi kemarin terjadi di tengah meningkatnya kembali kasus Covid-19 di dalam negeri, setelah hampir setahun terakhir mengalami 'nihil' kasus Covid-19. Bahkan, naiknya kembali Covid-19 di RI terjadi setelah beberapa bulan sebelumnya pemerintah menetapkan Covid-19 sebagai endemi.
Pantauan CNBC Indonesia kemarin, kasus aktif saat ini tembus 2.204, berdasarkan laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Hingga Senin lalu, ada 243 kasus aktif yang terdeteksi di Indonesia. Menurut Kemenkes, peningkatan kasus ini sebenarnya masih terkendali dan jauh lebih rendah ketimbang masa pandemi.
Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan memperhatikan kesehatan. Peningkatan kasus diramal akan terus terjadi hingga selesai libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Imran Pambudimengatakan isolasi mandiri sudah tidak menjadi kewajiban lagi seperti masa pandemi.
Namun, ia sangat menyarankan isolasi mandiri tetap dilakukan walaupun gejala yang dirasakan termasuk ringan. Sebab, ada kelompok-kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan orang dengan komorbidyang perlu dilindungi.
Saham farmasi sempat bergerak cenderung sideways dalam beberapa bulan terakhir, karena sentimen Covid-19 yang sudah berubah dari pandemi menjadi endemi, sehingga investor kurang tertarik melirik kembali saham-saham farmasi.
Namun, dengan meningkatnya kembali Covid-19, ada kecenderungan bahwa saham farmasi kembali bangkit dalam jangka pendek.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Polusi Udara Mengepul, 7 Saham Farmasi Malah Ngebul