
Bursa Asia Masih Merah, IHSG Bakal Susah Bangkit?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali melemah pada awal perdagangan Selasa (19/12/2023), seiring sikap investor yang menanti keputusan suku bunga terbaru bank sentral Jepang pada hari ini.
Per pukul 08:30 WIB, semua bursa utama Asia melemah kecuali indeks Straits Times Singapura dan ASX 200 Australia yang menguat masing-masing 0,03% dan 0,58%.
Sedangkan sisanya terpantau kembali melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,12%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,49%, Shanghai Composite China turun tipis 0,07%, dan KOSPI Korea Selatan juga terkoreksi tipis 0,04%.
Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) akan mengumumkan hasil dari pertemuan terakhirnya di tahun ini, di mana BoJ diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuannya di -0,1%.
BoJ telah menerapkan suku bunga negatif sejak Januari 2016, artinya sudah sekitar tujuh tahun. Hal ini dilakukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Namun, Gubernur BoJ Kazuo Ueda kemungkinan akan mulai memetakan rencana kebijakan moneternya dengan lebih jelas menyusul perubahan arah The Fed pekan ini menuju pelonggaran.
Dengan kondisi saat ini, para pengambil kebijakan berpandangan bahwa perekonomian Jepang kemungkinan akan terus mengalami pemulihan secara moderat, didukung oleh permintaan yang terpendam namun menyoroti tekanan dari melambatnya pemulihan global.
Dewan menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan.
Sinyal jelas mengenai langkah BoJ selanjutnya atau perubahan prospek inflasi dapat menyebabkan perubahan besar di pasar keuangan global, terutama mengingat volatilitas nilai tukar yen baru-baru ini.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang kembali melemah di tengah menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks S&P 500 menguat 0,45% dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,61%. Sedangkan untuk indeks Dow Jones berakhir naik tipis 0,859 poin (0,00%).
Sentimen investor berubah positif minggu lalu setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengindikasikan tiga penurunan suku bunga jangka pendek diperkirakan terjadi pada tahun 2024 di tengah menurunnya inflasi.
Imbal hasil (yield) Treasury pun terus menurun, dengan yield Treasury tenor 10 tahun turun ke bawah level 4%.
"Ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah kita lihat sepanjang bulan ini, yaitu inflasi tampaknya mulai turun, dan suku bunga cenderung lebih rendah," kata kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management, Terry Sandven.
Namun, menurut Sandven, masih ada kekhawatiran bagi investor menjelang tahun baru. Ahli strategi memperkirakan akan ada kelemahan dalam perkiraan pendapatan karena proyeksi saat ini terlalu tinggi.
"Potensi tekanan pendapatan perusahaan, selain valuasi yang sudah meningkat, merupakan salah satu faktor yang melemahkan prospek optimisme kami," tambah Sandven.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
