Bos The Fed New York Soal Pemangkasan Suku Bunga: Prematur!

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
16 December 2023 09:15
FILE PHOTO: John C. Williams, president and CEO of the Federal Reserve Bank of New York speaks to the Economic Club of New York in the Manhattan borough of New York, U.S., March 6, 2019. REUTERS/Lucas Jackson/File Photo
Foto: John C. Williams (REUTERS/Lucas Jackson/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Federal Reserve New York John Williams mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga belum menjadi pembahasan yang serius oleh Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) saat ini. 

"Kami tidak benar-benar berbicara tentang penurunan suku bunga saat ini," katanya di acara "Squawk Box" CNBC dikutip Sabtu (16/12).

Menurut pejabat The Fed tersebut, pihaknya saat ini sedang membahas terkait penerapan kebijakan moneter pada posisi yang cukup ketat untuk memastikan inflasi kembali turun ke 2%.

"Kami sangat fokus pada pertanyaan yang ada di hadapan kami, seperti yang dikatakan oleh Ketua Powell... yakni apakah kita sudah menerapkan kebijakan moneter pada posisi yang cukup ketat untuk memastikan inflasi kembali turun ke 2%? Itulah pertanyaan yang ada di depan kita," jelasnya.

Keputusan The Fed pada Jumat lalu yang mempertahankan suku bunga acuannya disambut positif oleh para investor. Tecermin dari indeks Dow Jones Industrial yang melonjak ke rekor tertinggi dan imbal hasil Treasury 10 tahun turun di bawah 4,3% pada minggu ini.

Kenaikan itu terjadi karena perkiraan The Fed pada hari Rabu lalu memberi sinyal akan ada tiga kali penurunan suku bunga tahun depan. Hal itu menjadi tanda bahwa bank sentral mengubah sikap kerasnya dan akan mulai melakukan pemotongan suku bunga lebih cepat dari perkiraan di tahun depan.

Investor bertaruh bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga lebih dari tiga kali. Pasar berjangka juga mengindikasikan bahwa The Fed dapat mulai menurunkan suku bunganya segera pada bulan Maret.

Namun, ketika ditanya tentang perkiraan masa depan untuk penurunan suku bunga pada bulan Maret, Williams terlihat sedikit mengekang antusiasme itu.

"Saya pikir masih prematur (terlalu dini) untuk memikirkan hal itu," kata Williams.

Williams mengatakan The Fed akan tetap mempertimbangkan pada data ekonomi, dan jika tren penurunan inflasi berbalik dan malah kembali memanas, pihaknya siap untuk memperketat kebijakan lagi.

"Sepertinya kita sudah mendekati atau mendekati batasan tersebut dalam hal pembatasan yang cukup, namun keadaan bisa berubah," kata Williams.

"Satu hal yang telah kita pelajari selama setahun terakhir adalah bahwa data dapat berubah dan dengan cara yang mengejutkan, kita harus siap untuk memperketat kebijakan lebih lanjut, jika kemajuan inflasi terhenti atau berbalik arah," tegasnya.

The Fed memproyeksikan bahwa ukuran inflasi, dalam hal ini indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti akan turun menjadi 2,4% pada tahun 2024, dan selanjutnya turun menjadi 2,2% pada tahun 2025 dan akhirnya mencapai target 2% pada tahun 2026. Angka tersebut naik 3,5% pada bulan Oktober dari tahun ke tahun.

"Kami jelas melihat adanya perlambatan inflasi. Kebijakan moneter berjalan sebagaimana mestinya. Kami hanya perlu memastikan bahwa... inflasi kembali ke 2% secara berkelanjutan," pungkasnya.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular