
Bursa Asia Gak Kompak Lagi, Hang Seng-Shanghai Masih Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik cenderung bervariasi pada awal perdagangan Rabu (123/12/2023), di tengah melandainya kembali inflasi Amerika Serikat (AS).
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,6%, Straits Times Singapura naik 0,1%, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,27%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,61%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,27%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,34%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,48%, S&P 500 terapresiasi 0,46%, dan Nasdaq Composite berakhir menanjak 0,7%.
Optimisme suku bunga ditahan datang pasca rilis inflasi konsumen (consumer price index/CPI) periode November 2023 tumbuh sesuai perkiraan pasar yakni 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).Inflasi lebih rendah dibandingkan sebulan sebelumnya yakni 3,2yoy.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengharapkan inflasi turun ke 2%.
Data inflasi tersebut menjadi penting dicermati, pasalnya ini menjadi data terakhir yang rilis sebelum the Fed mengambil kebijakan suku bunga-nya pada FOMC pekan ini. Apalagi, setelah melihat adanya perubahan data pasar tenaga kerja yang masih panas pada November.
Sebagaimana diketahui, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% di November dari 3,9% pada bulan sebelumnya. Perekonomian juga menambah 199.000 lapangan kerja di luar pertanian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.
Data tersebut pertama kali menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian sedang berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin untuk membuat The Fed mulai menarik kembali kebijakan suku bunga tingginya.
Kendati begitu, sebagian besar pelaku pasar pada pertemuan akhir tahun ini sudah meyakini bahwa the Fed akan menahan suku bunga. Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, bahkan nilai sudah mencapai di atas 98%
Setelah kemarin data CPI AS dirilis, pada hari ini data inflasi produsen (producer price index/PPI) AS periode November akan dirilis. Pelaku pasar berekspektasi jika PPIaakn melandai ke 2,2% (yoy) pada November dari 2,4% pada Oktober 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
