
Mayoritas Bursa Asia Dibuka Cerah, IHSG Bakal Ikutan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik cenderung menguatpada awal perdagangan Selasa (12/12/2023), menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan pertemuan terakhir bank sentral AS di tahun ini.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,58%, Straits Times Singapura naik tipis 0,03%, ASX 200 Australia bertambah 0,43%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,23%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,25% dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,26%.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah menguatnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,43%, S&P 500 terapresiasi 0,39%, dan Nasdaq Composite berakhir tumbuh 0,2%.
Pelaku pasar di AS menanti rilis data inflasi terbaru Negeri Paman Sam periode November 2023. Konsensus berekspektasi bahwa inflasi inti akan tetap di angka 4% (year-on-year/yoy) pada November. Sedangkan inflasi akan sedikit melandai ke angka 3,1% yoy, melandai dibandingkan periode Oktober di angka 3,2% yoy.
"Ada begitu banyak yang kita tidak ketahui di pasar pada pekan ini. Kita tidak tahu inflasi kemana dan juga The Fed akan mengambil keputusan apa. Kita juga tidak tahu akan seperti apa data penjualan eceran. Namun, pelaku pasar merasa bahwa semuanya baik-baiks saja saat ini," tutur Rob Haworth, senior investment strategy director di U.S. Bank Asset Management Group, dikutip dariĀ Reuters.
Data inflasi menjadi sangat penting dicermati, pasalnya ini akan menjadi puncak penentuanbank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam mengambil kebijakan suku bunganya setelah melihat adanya perubahan data pasar tenaga kerja yang masih panas pada November.
Sebagaimana diketahui, Laporanpenggajian non-pertanian (non-farm payrolls/NFP)periode November menunjukkan nilai yang tak terduga dengan penambahan sebanyak 199.000 lapangan kerja, sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.
Hal tersebut juga diikuti tingkat pengangguran yang turun menjadi 3,7% pada November lalu, dari 3,9% di bulan sebelumnya.
Kombinasi dua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang kembali memanas, sehingga kekhawatiran pelaku pasar kembali mencuat bahwa perekonomian sedang berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin untuk membuat The Fed mulai menarik kembali kebijakan suku bunga tingginya.
The Fed akan menggelar pertemuan terakhir di tahun ini mulai Selasa hingga Rabu waktu setempat dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Sebagian besar pelaku pasar pada pertemuan The Fed akhir tahun ini juga meyakini bahwa The Fed akan menahan suku bunga. Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan The Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, mencapai lebih dari 95%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
