
Dolar Menguat Libas Rupiah, BI: Ini Sementara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan siang ini, Senin (11/12/2023), rupiah terpantau melemah 0,7% ke kisaran Rp 15.615 per dolar AS. Level yang sama saat perdagangan dibuka pagi ini.
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah wait and see pelaku pasar menunggu data-data penting pekan ini. Seperti diketahui AS merilis data inflasi dan the Fed akan menetapkan suku bunga acuannya pekan ini.
Pada Selasa (12/12/2023) dari negeri Paman Sam akan merilis data inflasi dan inflasi inti untuk November 2023. Konsensus berekspektasi bahwa inflasi inti akan tetap di angka 4% yoy pada November. Sedangkan inflasi umum akan sedikit melandai ke angka 3,1% yoy, melandai dibandingkan periode Oktober di angka 3,2% yoy.
The Fed saat menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu waktu AS atau Rabu (13/11/2023) dan Kamis (14/11/2023) waktu Indonesia. Kebijakan The Fed menjadi yang paling ditunggu pasar pekan ini tak hanya di Indonesia tetapi juga dunia.
Pada Kamis (14/12/2023) dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis data suku bunga acuannya. Perangkat CME FedWatch memproyeksikan bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya lagi pada pertemuan terakhir di tahun ini dan dan Januari 2024. Suku bunga The Fed diperkirakan akan tetap bertahan di level 5,25-5,50%.
Proyeksi CME FedWatch, The Fed menahan suku bunga pada pertemuan pekan ini sudah mencapai 97,1%. Bahkan, survei pelaku pasar CME FedWatch sebesar 49,3% menunjukkan The Fed akan mulai memangkas suku bunganya untuk pertama kalinya pada Mei 2024 sebesar 25 basis poin (bps).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengungkapkan pelemahan rupiah saat ini bersifat sementara.
"Pergerakan Rupiah hari ini lebih didorong sentimen global, yg saya lihat sifatnya masih temporer," paparnya kepada CNBC Indonesia, Senin (11/12/2023).
Pelemahan Rupiah telah terjadi mulai pekan lalu. Pelemahan yang terjadi pada mata uang Garuda pekan lalu disinyalir karena tekanan dari ekonomi China yang masih lesu.
Ekonomi China diproyeksikan melambat pada 2024 dan akan mengalami soft landing. Perlambatan tersebut berdampak bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor.
Dilansir dari Reuters, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian China diperkirakan tumbuh 5,4% tahun 2023, setelah mengalami pemulihan yang "kuat" pasca Covid. Sedangkan untuk tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan akan lebih lambat.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer