Banyak Data Rilis Pekan Ini, Gimana Nasib Rupiah?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 11/12/2023 06:45 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu terpantau mulai melemah lantaran ekonomi China lesu. Pekan ini akan banyak data rilis yang potensi memunculkan sikap wait and see pasar.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir pekan lalu, Jumat (8/12/2023) menguat 0,03% secara harian ke posisi Rp15.505/US$. Penguatan tersebut berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi pada satu hari sebelumnya sebesar 0,13%.

Sayangnya, penguatan harian tersebut masih belum mampu mendongkrak gerak rupiah secara mingguan yang terpantau masih dalam zona koreksi, atau melemah 0,16%.


Pelemahan yang terjadi pada mata uang Garuda pekan lalu disinyalir karena tekanan dari ekonomi China yang masih lesu.

Ekonomi China diproyeksikan melambat pada 2024 dan akan mengalami soft landing. Perlambatan tersebut berdampak bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor.

Dilansir dari Reuters, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian China diperkirakan tumbuh 5,4% tahun 2023, setelah mengalami pemulihan yang "kuat" pasca Covid. Sedangkan untuk tahun depan, IMF memperkirakan pertumbuhan akan lebih lambat.

Moody's, lembaga pemeringkat yang berbasis di AS juga menurunkan "outlook" peringkat utang A1 China dari "stabil" menjadi "negatif". Moody's mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara masih akan membebani ekonomi negeri asal Panda tersebut. Belum lagi, rencana untuk mengendalikan krisis properti, perlu dicatat real estate dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian Tiongkok.

Sementara pada pekan ini, akan ada banyak data yang rilis yang potensi mempengaruhi gerak rupiah baik dari domestik dan global.

Mulai dari hari ini, Senin (11/12/2023) Bank Indonesia (BI) akan merilis data penjualan ritel yang menurut Trading Economics diproyeksikan meningkat dari 1,5% yoy pada September menjadi 1,9% yoy pada Oktober 2023.

Sebelumnya, pertumbuhan penjualan meningkat untuk pakaian (13,6% vs 8,1% di bulan Agustus) dan bahan bakar (9,9% vs 1,4%) sementara suku cadang & aksesoris otomotif meningkat tajam (11,5% vs -0,9%). Sementara itu, penjualan makanan terus meningkat (2,3% vs 3,4%).

Selanjutnya, pada Selasa (12/12/2023) dari negeri Paman Sam akan merilis data inflasi dan inflasi inti. Konsensus berekspektasi bahwa inflasi inti akan tetap di angka 4% yoy pada November. Sedangkan inflasi akan sedikit melandai ke angka 3,1% yoy, melandai dibandingkan periode Oktober di angka 3,2% yoy.

Data inflasi tersebut akan menjadi penentu sikap the Fed pada rapat FOMC yang akan digelar Rabu pekan ini. Pada waktu Indonesia, kita akan dapat informasinya pada Kamis dini hari.

Proyeksi CME FedWatch, The Fed bakal menahan suku bunga pada pertemuan pekan ini sudah mencapai 97,1%. Bahkan, survei pelaku pasar CME FedWatch sebesar 49,3% menunjukkan The Fed akan mulai memangkas suku bunganya untuk pertama kalinya pada Mei 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku pasar cukup optimis, tahun depan akan ada soft landing. Sebagai informasi, sejak Maret 2022, suku bunga The Fed telah dinaikkan sebanyak 11 kali hingga ke posisi 5,25-5,5%,

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, gerak rupiah mulai memasuki tren sideways dengan posisi saat ini tertahan di atas level psikologis Rp15.500/US$. Posisi ini kini menjadi support yang potensi di uji menjadi target penguatan terdekat, jika posisi ini tertembus maka penguatan selanjut-nya bisa ke Rp15.440/US$. Posisi tersebut diambil berdasarkan garis horizontal dari low candle 4 Desember 2023. 

Walau begitu, karena tren masih sideways maka peluang pelemahan juga masih bisa terjadi. Pelaku pasar bisa mencermati resistance terdekat di Rp15.545/US$. Posisi didapatkan dari horizontal line berdasarkan high candle yang pernah diuji pada 1 Desember 2023. 

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS