
Rupiah Babak Belur, Alarm Rp 16.000 Menyala Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan kemarin rupiah babak belur terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pekan ini rupiah juga masih bisa bergoncang sejalan dengan ketidakpastian terutama dari eksternal yang kian meningkat.
Melansir data Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (27/10/2023), nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp15.935/US$, melemah 0,13% secara harian. Posisi ini adalah yang terendah sejak April 2020 atau lebih dari tiga tahun terakhir.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif rupiah yang ambruk dalam tiga hari perdagangan beruntun. Dalam sepekan ini, mata uang Garuda terdepresiasi 0,41%. Artinya rupiah sudah ambruk selama delapan pekan beruntun.
Rupiah babak belur disinyalir karena kekhawatiran akan ketidakpastian eksternal makin meningkat terutama dari perang Israel vs Hamas kemudian ekspektasi masih hawkishnya suku bunga di AS. Hal tersebut kemudian memicu arus keluar modal asing atau capital outflow.
Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) bahkan secara khusus menyoroti besarnya investor asing yang meninggalkan Indonesia.
"Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat," ungkap Jokowi dalam pertemuan beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Larinya modal asing ini sejalan dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun di AS yang meningkat serta besarnya permintaan dolar AS. Dolar dan imbal hasil lari kencang salah satunya karena pasar masih berekspektasi The Fed masih akan hawkish dalam waktu yang lama.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun pada perdagangan Jumat kemarin di angka 4,85%. Imbal hasil masih berada di level tertingginya dalam 16 tahun terakhir.
Indeks dolar juga masih kencang di posisi 106,56. Posisi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 106,6. Namun, masih berada di level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.
Data Bank Indonesia (BI) merujuk pada transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan asing sebenarnya sudah mencatat inflow. Investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 1,04 triliun terdiri dari beli neto Rp2,18 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,57 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,44 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI)
Ini adalah kali pertama sejak pekan pertama September 2023, asing mencatat inflow. Catatan BI menunjukkan asing mulai mencatat jual netto beruntun sejak Agustus 2023. Sepanjang tiga bulan terakhir, asing hanya mencatat net buy dua kali dalam satu pekan yakni pada awal September dan pekan ke empat Oktober 2023 atau pekan kemarin.
Derasnya capital outflow ini terjadi secara beruntun sejak minggu ke-4 September khususnya dalam data transaksi 25-27 September 2023 yang tercatat investor asing di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,16 triliun di SRBI.
Nilai tukar rupiah juga jatuh sejalan dengan aksi jual asing di pasar SBN. Kepemilikan investor asing terhadap SBN Indonesia tercatat 15,51% pada Juni 2023. Namun, porsi asing kini tersisa 14,66%.
Beralih pada pekan ini, rupiah bakal dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik dari global maupun dari domestik. Dari domestik sendiri, pada hari ini, Senin (30/10/2023) akan ada Rapat Dewan Komisioner (RDK) edisi Oktober 2023.
Selain itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani kemungkinan besar juga akan mengumumkan kebijakan baru.
Sebagai catatan, sebelumnya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dikomandoi Sri Mulyani dipanggil Presiden Joko Widodo pada Senin pekan lalu (23/10/2023) di tengah keterpurukan IHSG dan rupiah.
Setelah itu, pada awal November pelaku pasar masih akan memantau bagaimana hasil FOMC dari bank sentral AS the Federal Reserve (The Fed). Hal tersebut patut diperhatikan, pasalnya keputusan the Fed akan sangat berpengaruh pada dolar AS yang ketika menguat lagi imbasnya masih bisa menekan rupiah.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih dalam tren pelemahan, resistance terdekat atau target pelemahan dalam jangka pendek bisa dicermati pada posisi Rp 15.960/US$, posisi ini diambil dari high candle pada 23 Oktober 2023, jika ini ditembus ke atas, resistance selanjutnya yang perlu diantisipasi adalah Rp 16.000/US$.
Kendati demikian, pergerakan rupiah ada potensi berbalik arah karena harga selalu bergerak dalam siklus, oleh karena itu, perlu dicermati posisi Rp15.925/US$ sebagai posisi support atau penguatan terdekat.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Rilis Data Inflasi, Kuatkah Rupiah Hari Ini?
