
Belum Ada Tanda-Tanda Perbaikan, Bursa Asia Loyo Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali melemah pada awal perdagangan Selasa (5/12/2023), ketika investor masih menilai sejumlah rilis data ekonomi di kawasan tersebut.
Per pukul 08:48 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambruk 1,35%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,75%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,52%, Straits Times Singapura turun tipi 0,07%, ASX 200 Australia terpangkas 0,82%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,32%.
Dari Korea Selatan, pada hari ini data inflasi periode November 2023 resmi dirilis. Data inflasi Korea Selatan pada bulan lalu turun menjadi 3,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan melandai menjadi minus 0,6% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Angka tersebut lebih rendah dari periode Oktober lalu yang sebesar 3,8% (yoy) dan 0,3% (mtm). Ini juga lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 3,6% (yoy).
Sementara inflasi inti, ang tidak mencakup komponen-komponen yang mudah menguap termasuk bahan bakar dan makanan turun menjadi 3% pada November lalu, kenaikan paling lambat sejak Maret 2022.
Perlambatan ringan ini terutama disebabkan oleh pelonggaran harga bahan pangan segar serta harga bahan bakar.
Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini di pekan lalu dan memberi isyarat bahwa BoK mungkin perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk mencegah risiko inflasi yang terus berlanjut.
Sebagian besar ekonom melihat BoK telah mencapai tingkat suku bunga puncaknya dan memperkirakan BOK akan mulai melakukan pelonggaran kebijakan mulai kuartal ketiga tahun depan, karena menurunnya inflasi membuat pembatasan biaya pinjaman sulit untuk dibenarkan oleh masyarakat.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang kembali melemah cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun 0,11%, S&P 500 melemah 0,54%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,84%.
Pergerakan Senin kemarin menandai kemunduran menyusul periode kuat di pasar. Saham-saham teknologi mengalami kesulitan di sesi ini. Nvidia turun 2,7%, sementara Microsoft dan Meta masing-masing kehilangan lebih dari 1%.
Ketiga indeks tersebut meraih minggu positif kelima berturut-turut pada Jumat lalu. Itu adalah kemenangan mingguan pertama Dow sejak tahun 2021.
Rebound saham sejak Oktober terjadi karena investor semakin optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai menurunkan suku bunganya tahun depan atau 2024.
Investor mempertahankan keyakinan ini minggu lalu bahkan ketika Ketua Fed Jerome Powell mencoba mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga, dengan mengatakan bahwa hal tersebut "prematur" untuk mengantisipasi pelonggaran kebijakan.
November adalah bulan terbaik untuk 30 saham Dow sejak Oktober 2022. S&P 500 dan Nasdaq Composite keduanya menikmati kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
