Awal Pekan Bursa Asia Bergairah, Bakal Bertahan Lama?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 December 2023 08:55
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Senin (4/12/2023), di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menanti rilis sejumlah data ekonomi penting terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,38%, Shanghai Composite China naik tipis 0,06%, Straits Times Singapura bertambah 0,64%, ASX 200 Australia melesat 1,02%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,59%.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang terpantau melemah 0,45% pada pagi hari ini.

Pelaku pasar di Asia-Pasifik menanti rilis data ekonomi penting pada pekan ini, mulai dari data neraca perdagangan dan inflasi China, data final pertumbuhan ekonomi Jepang periode kuartal III-2023, dan lain-lainnya.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmenanjak 0,82%, S&P 500 menguat 0,52%, dan Nasdaq Composite berakhir terapresiasi 0,55%

Pelaku pasar tampaknya cenderung merespons positif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang memberi sinyal bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya.

Ketua The Fed, Jerome Powell pada Jumat lalu membahas ekspektasi pasar mengenai penurunan suku bunga di masa depan. Powell mengatakan "terlalu dini untuk menyimpulkan dengan yakin" bahwa kebijakan moneter "cukup membatasi."

Pernyataan Powell tersebut cenderung mengindikasikan bahwa mereka cenderung berhati-hati, namun pasar tetap menafsirkannya sebagai sinyal bahwa The Fed setidaknya sudah selesai menaikkan suku bunga.

PerangkatCME FedWatch tool menunjukkan 98,8% pelaku pasar melihat The Fed masih akan menahan suku bunga pada Desember mendatang. Artinya, hingga akhir tahun suku bunga masih berada di level 5,25-5,50%.

Pelaku pasar bahkan memproyeksi bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan segera memangkas suku bunga pada Maret 2024.

"Ada trifecta pengemudi di sini. Yang pertama adalah inflasi. Yang kedua adalah The Fed sepertinya akan mengambil tindakan, dan yang ketiga adalah pendinginan perekonomian yang mulai terjadi, namun dengan kecepatan yang sangat bertahap," kata Mona Mahajan, ahli strategi investasi senior di Edward Jones.

Optimisme pasar yang semakin meningkat membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) terus melandai dan makin menjauhi level tertingginya sejak 2007 silam.

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun melandai lebih dari 13 basis poin (bp) menjadi 4,213% pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu.

Di lain sisi, akhir tahun biasanya merupakan bulan yang kuat untuk ekuitas, di mana fenomena 'Santa Claus Rally' cenderung akan terjadi di akhir tahun, utamanya di pasar saham AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular