Bos OJK Buka-bukaan Soal Kredit & Simpanan Orang RI di Bank

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
30 November 2023 10:42
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar saat Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Selasar Kretagama, Gd. Ali Wardhana, Jakarta, Jumat (28/7/2023). (CNBC Indonesia, Muhammad Sabki)
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar saat Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Selasar Kretagama, Gd. Ali Wardhana, Jakarta, Jumat (28/7/2023). (CNBC Indonesia, Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ikut menyorot kinerja perbankan di Indonesia dalam menghimpun dan menyalurkan dana sepanjang tahun ini. 

Sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersuara cukup keras mengenai lambatnya pertumbuhan kredit dan juga mengerignya uang beredar di negara ini. 

Ketua OJK Mahendra Siregar menilai bahwa saat ini bank masih memiliki ruang likuiditas cukup besar untuk menyalurkan kredit. Hal ini terlihat dari rasio simpanan terhadap kredit atau loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada posisi 83%. 

Dia menilai wajar bahwa pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini melambat. Pasalnya pada tahun lalu kinerja industri perbankan baru saja rebound setelah dihantam krisis akibat pandemi Covid-19. 

"Wajar kalau lebih rendah sedikit dibanding tahun lalu, karena memang kan rebound dari kondisi pandemi yang besar, sehingga sekarang tetap terjaga di tingkat pertumbuhan yang kurang lebih masih sama dari pra-pandemi," katanya, Kamis (30/11/2023).

Dia menilai hal yang perlu dijaga saat ini adalah pertumbuhan di sektor riil. Menurutnya permintaan kredit investasi dan modal kerja akan sangat tergantung kepada pertumbuhan dunia usaha. "Selama dijaga dan dipahami, pemerintah betul-betul tahu hal ini, dan dijaga tahun ini, tentu membuka peluang perbankan yang sangat baik," katanya. 

Sebagai informasi,Jokowi menegur keras perbankan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia kemarin, Rabu (29/11/2023). Dia meminta agar perbankan tidak menghabiskan likuiditas untuk membeli instrumen yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), seperti Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI)

"Saya mengajak seluruh perbankan harus prudent harus hati-hati tapi tolong lebih di dorong lagi kreditnya, terutama bagi umkm," kata Jokowi.

Sementara itu, kredit perbankan dalam tren melambat sepanjang tahun ini. Per Desember 2022, kredit tumbuh 11,35% secara tahunan (yoy). 

Per Oktober 2023 kredit perbankan hanya tumbuh 8,99% yoy, naik tipis dibandingkan September 2023 yang tercatat 8,96% yoy.

Lazimnya DPK  melambat sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan atau karena belanja masyarakat yang terus naik. Namun, tahun ini DPK dan kredit justru berjalan sama-sama melambat. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga melambat 5,06% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023 dibandingkan 5,22% (yoy) pada kuartal II-2023.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini Bank yang Bikin Jokowi Ngamuk Soal Likuiditas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular