BI Punya Jurus Jaga Rupiah, Begini Prospeknya Hari Ini?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar bahagia di penghujung November datang dari nilai tukar rupiah yang tetap konsisten dalam tren penguatan pada sepanjang bulan ini. Kendati masih banyak tantangan ke depan tetapi Bank Indonesia (BI) sudah menyiapkan berbagai jurus sebagai komitmen menjaga rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.390/US$ atau terapresiasi 0,26%. Penguatan terjadi selama tiga hari beruntun sejak 27 November 2023 dan merupakan yang terkuat sejak 22 September 2023 atau lebih dari dua bulan.
Penguatan rupiah kemarin, Rabu (29/11/2023) terjadi di tengah sikap wait and see para pelaku pasar perihal hasil Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang akan dihadiri oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Acara tersebut diselenggarakan di Grha Bhasvara Icchana, Kantor Pusat Bank Indonesia di Jalan M. H. Thamrin Nomor 2, Jakarta, mulai pukul 18.35 WIB sampai dengan 21.00 WIB.
Pada pertemuan semalam, Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan setidaknya ada lima karakteristik yang akan menjadi tantangan bagi rupiah untuk 2024 mendatang.
Pertama, tantangan datang dari perekonomian global yang masih dibayangi gejolak geopolitik dan perang dagang. Dampaknya, prospek ekonomi global bisa meredup pada 2024.
"Dunia masih terus bergejolak perang Rusia-Ukraina, Perang Dagang AS dan Tiongkok dan kini konflik Israel-Palestina," papar Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (29/11/2023).
Perlambatan dan divergensi pertumbuhan. Ekonomi global diperkirakan tumbuh ,8% pada 2024, sebelum meningkat ke level 3% pada 2025.
Kedua, ada risiko penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju baru turun 2024 itu-pun masih di atas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja.
Ketiga adalah fenomena higher for longer Fed Fund Rate. Perry mengatakan imbal hasil US Treasury masih tinggi pada 2024. Hal ini karena bengkaknya utang AS.
Keempat, fenomena strong dolar dolar AS masih kuat akibat tekan depresiasi nilai tukar di seluruh dunia termasuk rupiah.
Kelima, lanjut Perry, fenomena cash is the king. BI melihat pelarian modal dalam jumlah besar emerging ke negara maju sebagian besar ekonomi AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.
Dari kelima risiko tersebut, BI menyiapkan sejumlah jurus yang diharapkan bisa menstabilkan rupiah ke depan tanpa harus menaikkan suku bunga acuan kembali mengingat dalam pertemuan semalam, BI memastikan suku bunga acuan akan dipertahankan sampai dengan 2025.
"2025, suku bunga BI rate akan kami pertahankan," kata Perry.
Tren higher for longer nampaknya masih digaungkan BI untuk 2024 sehingga potensi pivot suku bunga menjadi redup. Lantas apa saja jurus yang diupayakan BI untuk jaga rupiah?
Jurus yang terus diupayakan BI dalam menjalankan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah adalah dengan intervensi di pasar spot, forward, DNDF, dan operasi moneter pro market untuk tarik aliran modal asing portofolio.
"Itu dengan mendorong SRBI, SVBI, SUVBI, dan pengelolaan lalu lintas capital flow DHE SDA diwajibkan PP No. 36 Tahun 2023 akan diperluas," tegas Perry.
Adapun empat kebijakan tambahan selain kebijakan moneter tersebut ialah terkait penguatan kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, dan pengembangan ekonomi keuangan syariah maupun UMKM.
Adapun khusus untuk kebijakan makroprudensial, kebijakan pertama diantaranya mempertahankan insentif likuiditas makroprudensial, untuk mendorong kredit pembiayaan ke sektor-sektor prioritas senilai Rp 159 triliun, dengan tambahan Rp20 triliun.
Kedua, juga akan terus memperlonggar kebijakan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebagai Macroprudential Liquidity Buffer senilai Rp 81 triliun. Oleh karena itu BI meminta supaya kebijakan ini dimanfaatkan betul-betul oleh perbankan.
Ketiga, dengan kebijakan pengawasan sistemik melalui koordinasi dengan komite stabilitas sistem keuangan. Sambil juga memperkuat sistem pembayaran secara digital dengan mengakselerasi implementasi blue print sistem pembayaran Indonesia.
"Pertama BI Fast untuk interkoneksi dan integrasi, kedua nilai besar BI RTGS generasi ke 3 yang modern, ketiga pengembangan pusat data transaksi pembayaran untuk inovasi dengan AI, juga mendukung kebijakan BI pemerintah maupun KSSK," ungkap Perry.
Adapun kebijakan keempat, yakni dengan pengembangan digital rupiah, dan perluasan QRIS maupun BI Fast di level regional ASEAN, hingga Jepang, Uni Emirat Arab, untuk memperkuat local currency transaction dan mempermudah transaksi hingga ke tingkat UMKM.
Teknikal Rupiah
Dalam basis waktu satu jam, secara teknikal tren rupiah masih konsisten dalam penguatan. Saat ini rupiah telah berhasil menembus level psikologis Rp15.400/US$ yang membuat potensi untuk penguatan lebih lanjut semakin potensial.
Dalam jangka pendek, target penguatan terdekat bisa diperhatikan pada area support yang berada di Rp15.350/US$. Posisi tersebut didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low candle yang sempat diuji kemarin, Rabu (29/11/2023).
Namun, pelaku pasar tetap harus mencermati resistance atau wilayah pelemahan yang potensi terjadi apabila ada pembalikan rupiah ke posisi Rp15.400/US$ yang merupakan level psikologis, sekaligus resistance selanjutnya di Rp15.440/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau moving average 50 (MA50).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)