Pertemuan Tahunan BI 2023

Simak Pidato Lengkap Jokowi di Depan Bankir & Pengusaha

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Rabu, 29/11/2023 21:24 WIB
Foto: Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, di Grha Bhasvara Icchana, Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (29/11/2023).

Dalam pidatonya Jokowi memberikan arahan terkait perekonomian Indonesia. Selain itu, dia juga menyinggung fenomena isu global yang berpotensi memberikan dampak ke semua negara.

"Banyak fenomena isu domestik negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat Inflasi dan suku bunga tinggi, RRT perlambatan ekonomi dan krisis properti. peningkatan tensi geopolitik yang semua dadakan," kata Jokowi.


Eks Gubernur DKI Jakarta ini juga menyinggung kondisi sektor riil, di mana pelaku usaha mengeluhkan minimnya peredaran uang imbas dari pembelian instrumen keuangan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

"meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak Gub, 'Pak Gub saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku'," tegas Jokowi.

Pidato Lengkap Jokowi di PTBI 2023

Foto: Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Berikut pidato lengkap Presiden, di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023 :

Pertama-tama saya ingin sampaikan ucapan terima kasih atas sinergi yang terbangun selama ini BI, Kementerian Keuangan, OJK, LPS, Pemerintah Daerah, dan swasta sehingga proses pemulihan ekonomi kita dapat berjalan baik dan stabilitas ekonomi kita pada posisi tetap stabil.

Seperti tadi yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia bapak Perry Warjiyo, bahwa dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Banyak fenomena isu domestik negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat inflasi dan suku bunga tinggi, RRT perlambatan ekonomi dan krisis properti. peningkatan tensi geopolitik yang semua dadakan.

Perang Ukraina enggak ada hujan, nggak ada angin tahu-tahu perang, Gaza enggak ada hujan nggak ada angin tahu-tahu perang. Semua maunya itu, kalau mau perang memberi tahu dulu jadi kita siap-siap apa yang perlu disiapkan.

Sehingga saya selalu ingin menghadiri konferensi summit, pertemuan internasional karena ingin mendengar ini mau lari ke mana. Perangnya masih lama atau besok bisa berhenti. Dampaknya ke ekonomi kita dampaknya ke pangan di negara kita, dampaknya apa ke energi terutama berkaitan dengan harga.

Hingga dua minggu saya datang ke Arab Saudi dua kali dalam dua minggu kali. Saya hanya ingin mendengar konflik perang di Gaza ini seperti apa, konflik Israel - Palestina ini sampai kapan karena yang hadir saat itu 57 negara.

Tetapi, di akhir summit saya dalam hati menyimpulkan bahwa memang perangnya tidak mungkin disetop dalam waktu dekat. Oleh sebab itu dampak dari perang yang ada harus sama-sama kita antisipasi.

Karena kalau sudah yang namanya perang gangguannya ke mana-mana, gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, energi semua terdampak semuanya. Kemudian dampak perubahan iklim dulu kita selalu bicara perubahan iklim tapi belum kelihatan tapi sekarang betul-betul sudah bisa kita rasakan dampaknya ke mana-mana.

Pemanasan global betul-betul kita rasakan akibatnya produksi pangan kita sedikit menurun dan 22 negara membatasi ekspor pangan. Dadakan lagi ini.

Dulu yang namanya impor beras semua negara menawarkan 'saya punya stok', 'saya punya stok', 'saya punya stok', sekarang 22 negara stop ekspor dan membatasi ekspor pangan.

Tapi apapun alhamdullilah dan patut kita syukuri Indonesia masih tetap tumbuh dan stabil pertumbuhan ekonomi kita tahu semuanya tadi disampaikan gubernur di kisaran 5%.

Ini kalau kita bicara dengan kepala negara lain dengan presiden dengan perdana menteri kita bangga banget loh, dengan pertumbuhan ekonomi yang masih di kisaran 5%, meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah tadi saya sampaikan ke Pak gub, 'Pak Gub saya mendengar dari banyak pelaku usaha ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku'.

Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN atau terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SRBI atau SVBI. sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang.

Dan juga dari fiskalnya juga sama kita cek realisasi belanja pemerintah daerah, realisasi belanja Pemda padahal tinggal 3 minggu, itu masih di angka 64%. Pemerintah pusat juga masih di angka 76%.

Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan saya telepon pak Gubernur, eh tapi nggak telpon Pak Gub nanti intervensi. Menkeu pasti saya telepon ini kondisinya seperti apa sebetulnya.

Kembali ke pertumbuhan ekonomi kita terjaga di kisaran 5%, dan saya saya mengajak seluruh perbankan harus prudent memang harus hati-hati tapi tolong lebih di dorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai membeli yang tadi saya sampaikan. Ke BI maupun SBN meski boleh-boleh saja tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu.

Kalau kita bandingkan pertumbuhan ekonomi kita di kisaran 5%, Malaysia tadi saya dapat data 3,3%, Amerika Serikat 2,9%, Korea Selatan 1,4%, EU 0,1%, ini lah yang patut kita syukuri di angka 5%

Inflasi juga masih cenderung stabil 2,6%, hanya hati-hati ini untuk pangan utamanya beras. Artinya apa kita harus optimis tapi harus tetap waspada tetap harus hati-hati waspada pada perubahan super cepat perubahan disrupsi teknologi yang juga super cepat, memang kita harus prudent dalam melangkah tapi juga jangan terlalu hati-hati, kredit terlalu hati-hati semua terlalu hati-hati akibatnya kering perputaran (uang) di sektor riil.

Tapi yang penting juga antisipasi terhadap semua skenario ke depan cepat dalam merespon perubahan

Misalnya untuk inflasi cek terus di lapangan, selesaikan kalau ada masalah dengan cepat. Kemudian juga perkuat KKSK sering ketemu sering bicara untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Kalau pada keadaan normal nggak apa-apa 3 bulan sekali (ketemu) Pak Gub BI atau OJK, Pak LPS ketemu Bu Menkeu dan Pak Menko Ekonomi tapi dalam situasi saat ini tidak bisa, minim seminggu sekali atau 2 minggu sekali ketemu untuk ngopi bareng-bareng enggak ada masalah.

Gak usah serius tapi bertukar angka, kalkulasi dan hitungan karena memang kondisinya kita harus merespon dengan cepat terhadap situasi yang berubah.

Selain itu, juga kita butuh booster, butuh momentum menjaga pertumbuhan dan kalau bisa naik dan meningkat saya kira kita memiliki strategi besar baik hilirisasi industri dan ekonomi hijau ini jadi penggerak ekonomi nasional yang membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan nilai tambah yang ada. Tentu saja menopang ekonomi yang berkelanjutan.

Terakhir tahun depan kita akan mengadakan Pemilu, pesta demokrasi terbesar, tapi perlu saya tingkatkan tidak perlu dikhawatirkan. Negara kita berpengalaman nggak sekali dua kali, sudah lima kali, jadi perbedaan agak anget, panas ya biasa, beda pilihan wajar saja, karena yang kita tahu semua bangsa Indonesia ini bangsa yang cinta damai bangsa suka bersatu bangsa yang senang harmonis.

Marilah kita bersatu untuk Indonesia maju.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kredit Perbankan Terhambat Risiko Ekonomi, Bankir Buka Suara