Simak, Ini Update Soal Divestasi & Investor Strategis BRIS

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Rabu, 29/11/2023 14:40 WIB
Foto: Tower Bank Syariah Indonesia (BSI). Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - PT BRI Syariah (Persero) Tbk. (BRIS) buka suara terkait terkait dengan investor strategis yang akan masuk ke perbankan syariah BUMN tersebut. Tribuana Tunggadewi Direktur Kepatuhan & SDM mengatakan, perseroan belum dapat memberikan pernyataan terkait proses divestasi dan calon investor strategis.

Seperti diketahui, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebagai pemegang saham pengendali rencananya akan melakukan divestasi saham BRIS.

"BNI dan BRI sebenarnya juga masih dalam proses persiapan kami jg masih untuk kaitannya divestasi di pemegang saham. Itu semua kewenangan pemegang saham," ujarnya dalam konferensi pers public expose secara virtual, Rabu (29/11).


Menurutnya, perseroan merupakan objek dari aksi korporasi tersebut dan hanya dapat menunggu perkembangan proses terkait divestasi investor strategis.

"Karena prosesnya belum selesai sehingga kami belum dapai memberikan gambaran siapa uanh akan menggantikan dan terkait divestasi ini belum kami tidak dalam posisi menjelaskan terkait program divestasi," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, hingga saat ini belum ada pembahasan resmi terkait hal tersebut. Artinya, BRIS belum ada kesepakatan apapun dengan pihak lain alias menemukan investor strategis.

"Belum ada kesepakatan, masih berita diluar sih, belum ada pembicaraan resmi," ujarnya saat ditemui di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (22/11).

Terkait pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang mengutamakan investor dari Timur Tengah, kata Dian, itu merupakan hak dari pemegang saham.

"Saya kira itu hak mereka. Belum ada proposal yang masuk ke OJK untuk masalah ini," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan tidak ingin terburu-buru dalam mencari investor strategis untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).

Menurut Erick, pencarian mitra bisnis baru untuk bank syariah gabungan dari anak usaha himbara itu harus penuh dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Pasalnya hal ini akan menentukan keberlangsungan kinerja perusahaan.

Selain itu, ia mengatakan investor baru tersebut juga diharapkan dapat membuka gerbang bagi BSI kepada global. Erick mengungkapkan, calon investor baru diutamakan berasa dari negara Timur Tengah.

"Sama, kalau kita mau mencari partner BSI, kita pengen juga mitra yang bisa menjadikan BSI bank syariah secara global sekarang ini ranking 12, siapa tahu ke depan bisa masuk 10 besar," ujarnya di Jakarta, dikutip Jumat (10/11/2023).

Erick berharap investor strategis dapat memberikan akses kepada BSI untuk membuka kantor di London, Riyadh, Mekkah, Madinah, hingga Dubai. "Karena pendanaan dalam konteks syariah menarik ke depan untuk terus dieksplorasi," pungkasnya.

Dia mencontohkan saat Telkom bermitra dengan Singtel, kinerja BUMN telekomunikasi semakin baik bagi masing-masing pihak. Untuk diketahui, saat ini Bank Mandiri menguasai 51,47% saham BRIS. Kemudian BRI dan BNI, masing-masing, 15,38% dan 23,24%. Pemerintah Republik Indonesia menggenggam satu lembar saham dwiwarna dan membuatnya menjadi pengendali.

Sementara itu, BSI membukukan laba bersih Rp 4,2 triliun per September 2023, naik 31,04% yoy. Salah satu pendorong laba bersih adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang naik 12,44% yoy. Kinerja sepanjang 9 bulan pertama tahun ini juga membuat rasio profitabilitas perusahaan meningkat.

Tingkat pengembalian aset atau return on asset BSI naik dari 2,08% menjadi 2,3%. Hal ini menggambarkan bahwa BSI bukan hanya tumbuh dari segi aset, tapi kemampuan mengelolanya juga meningkat.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Berebut Dana Asing, Ini Yang Jadi Perhitungan Investor Masuk RI