The Fed Kasih Sinyal Dovish! Saatnya Rupiah Pesta

rev, CNBC Indonesia
29 November 2023 09:09
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah pernyataan bank sentral AS (The Fed) yang berpotensi dovish ke depan serta indeks dolar dan imbal hasil US Treasury yang turun drastis.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat di angka Rp15.375/US$ atau terapresiasi 0,35%. Penguatan terjadi selama tiga hari beruntun sejak 27 November 2023 dan merupakan yang terkuat sejak 22 September 2023.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.59 WIB turun tipis 0,2% menjadi 102,54. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (28/11/2023) yang berada di angka 102,74.

Pergerakan rupiah hari ini masih terjadi di tengah jebloknya dolar AS serta imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun serta capital inflow ke domestik yang cukup deras.

Indeks dolar AS ambruk ke 102,74 pada Selasa (28/11/2203). Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 10 Agustus 2023 atau terendah dalam 15 pekan atau 3,5 bulan terakhir.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury 10 tahun jatuh ke 4,32% pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah seak 18 September 2023 atau 2,5 bulan terakhir.

Melandainya indeks dolar serta imbal hasil mencerminkan optimisme pasar yang melihat bank sentral AS (The Fed) akan melunak ke depan. Terlebih, Gubernur The Fed Christopher Waller pada Selasa (28/11/2023) mengungkapkan rasa percaya diirnya jika kebijakan The Fed "saat ini sudah dalam posisi yang baik" dalam menekan inflasi.

"Sesuatu tampaknya memberi dampak dan hal tersebut adalah laju perekonomian," kata Waller, mencatat data bulan Oktober dan perkiraan saat ini untuk sisa kuartal keempat menunjukkan adanya pelonggaran dalam aktivitas. Data inflasi, kata dia, juga bergerak ke arah yang tepat.

Untuk diketahui, inflasi AS periode Oktober melandai menjadi 3,2% year on year/yoy atau lebih rendah dibandingkan periode September yakni di angka 3,7% yoy. Alhasil, pelaku pasar yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate pada Desember 2023 ini.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan dana asing mulai masuk ke RI sejalan dengan optimisme pasar melihat data ekonomi AS terkini.

"Kalau melihat yang sekarang memang yang berubah dari situasi sebelum data inflasi keluar adalah ekspektasi pasar terhadap suku bunga acuan di AS itu sudah mencapai puncaknya (di level 5,25%-5,5-%)," kata dia saat dihubungi, Selasa (28/11/2023).

"Dengan kondisi seperti itu, mereka sudah mulai risk on, mulai hitung-hitungan untuk masuk ke emerging market, termasuk Indonesia," ungkap Andry.

Merujuk data transaksi 20-23 November yang dirilis BI, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat melakukan beli netto sebanyak Rp 7,03 triliun. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), investor asing mencatat beli neto sebesar Rp1,59 triliun sementara di pasar saham tercatat beli neto Rp 0,30 triliun dan beli neto Rp5,13 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Inflow pekan lalu melanjutkan tren positif pada pekan sebelumnya (13 - 16 November 2023) yang menembus Rp 7,33 triliun dengan didominasi oleh SRBI sebesar Rp3,97 triliun dan diikuti oleh beli neto di pasar SBN sebesar Rp2,49 triliun.

Kendati demikian, Andry memberikan warning bahwa sewaktu-waktu bisa aja ada risiko untuk berbalik sebab banjir dana asing yang saat ini terjadi hanya bersifat jangka pendek.

Selain itu, malam hari ini juga akan digelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang akan menghadirkan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Presiden Joko Widodo.

Gubernur BI Perry Warjiyo dijadwalkan akan menyampaikan pencapaian BI selama setahun terakhir serta target-target tahun depan mulai dari sasaran inflasi serta kebijakan makro-prudensial serta upaya menjaga stabilitas rupiah

Perry juga akan menjabarkan kebijakan BI untuk tahun depan dan jangka menengah, terutama peran BI dalam ikut mendorong pertumbuhan.

Presiden Joko Widodo, atau Jokowi dijadwalkan juga hadir dan akan menyampaikan pidato. Bagi Jokowi, PTBI tahun ini akan menjadi yang terakhir karena pada PTBI tahun depan Jokowi sudah tak memimpin Indonesia lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular