Ekonomi AS Masih Panas Nih! Rupiah Lanjut Melemah

rev, CNBC Indonesia
23 November 2023 09:07
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data klaim pengangguran AS lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya serta sikap wait and see investor terkait suku bunga Bank Indonesia (BI).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.590/US$ atau terdepresiasi 0,13%. Pelemahan ini melanjutkan tren depresiasi yang terjadi kemarin (22/11/2023) sebesar 0,87%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.56 WIB kembali turun 0,1% menjadi 103,81. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (22/11/2023) yang berada di angka 103,92.

Fluktuasi rupiah hari ini dipengaruhi dari eksternal khususnya AS serta sikap investor di tengah menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) perihal suku bunga acuan.

Dari AS, tercatat klaim pengangguran awal mengalami pelandaian dibandingkan periode sebelumnya. Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun 24.000 menjadi 209.000 pada pekan yang berakhir tanggal 18 November, turun tajam dari angka tertinggi dalam tiga bulan pada minggu sebelumnya dan jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 225.000.

Sementara itu, klaim lanjutan turun sebesar 22.000 menjadi 1.840.000 pada minggu sebelumnya, mundur dari angka tertinggi dalam dua tahun pada laporan sebelumnya.

Hasil ini menunjukkan bahwa perlambatan pasar tenaga kerja belum sepenuhnya terwujud, sehingga bank sentral AS (The Fed) mempunyai fleksibilitas untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang cukup tinggi.

Volatilitas rupiah pun tampaknya akan terjadi beberapa waktu ke depan mengingat faktor global masih cukup mendominasi dan memberikan pengaruh besar.

"Jadi kalau sentimennya lagi positif untuk emerging market kita akan lihat rupiah akan menguat tajam. Sementara kalau sebaliknya misalnya ada sentiment kurang baik terutama dari prospek kebijakan the Fed yang hawkish pergerakan rupiah akan melemah. Jadi memang mayoritas secarea umum ini dikarenakan faktor global," papar Myrdal Gunarto, Global Markets Economist Bank Maybank, kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/11/2023).

Di lain sisi, saat ini investor pun masih menunggu rilis suku bunga acuan BI pada siang hari ini (23/11/2023).

Pelaku pasar terbelah dalam memperkirakan suku bunga acuan BI bulan ini dengan dua opini antara mempertahankan suku bunga dan menaikkan suku bunga. Polling yang dilaksanakan Tim CNBC Indonesia Research belum menunjukkan adanya opini pemangkasan suku bunga.

Mayoritas lembaga berpendapat level ini masih akan ditahan pada pertemuan nanti. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,00%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular