OJK Jawab Soal Kabar Investor Strategis Masuk BSI

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
22 November 2023 12:52
Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) resmi beroperasi. Direktur Utama BRIS Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi ketiga bank BRIsyariah, BNI Syariah dan BSM telah dilaksanakan sejak Maret 2020 atau memakan waktu selama 11 bulan.
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait dengan rencana investor strategis yang akan masuk ke bank syariah hasil merger tiga anak usaha BUMN, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS).

Sebagaimana diketahui, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebagai pemegang saham pengendali rencananya akan melakukan divestasi saham BRIS.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan hingga saat ini belum ada pembahasan resmi terkait hal tersebut. Artinya, BRIS belum ada kesepakatan apapun dengan pihak lain alias menemukan investor strategis.

"Belum ada kesepakatan, masih berita di luar sih, belum ada pembicaraan resmi," ujarnya saat ditemui di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (22/11/2023).

Terkait pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang mengutamakan investor dari Timur Tengah, kata Dian, itu merupakan hak dari pemegang saham.

"Saya kira itu hak mereka. Belum ada proposal yang masuk ke OJK untuk masalah ini," pungkapnya.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan tidak ingin terburu-buru dalam mencari investor strategis untuk BSI.

Menurut Erick, pencarian mitra bisnis baru untuk bank syariah gabungan dari anak usaha himbara itu harus penuh dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Pasalnya hal ini akan menentukan keberlangsungan kinerja perusahaan.

Selain itu, ia mengatakan investor baru tersebut juga diharapkan dapat membuka gerbang bagi BSI kepada global. Erick mengungkapkan, calon investor baru diutamakan berasa dari negara Timur Tengah.

"Sama, kalau kita mau mencari partner BSI, kita ingin juga mitra yang bisa menjadikan BSI bank syariah secara global sekarang ini ranking 12, siapa tahu ke depan bisa masuk 10 besar," ujarnya di Jakarta, dikutip Jumat (10/11/2023).

Erick berharap investor strategis dapat memberikan akses kepada BSI untuk membuka kantor di London, Riyadh, Mekkah, Madinah, hingga Dubai. "Karena pendanaan dalam konteks syariah menarik ke depan untuk terus dieksplorasi," pungkasnya.

Dia mencontohkan saat Telkom bermitra dengan Singtel, kinerja BUMN telekomunikasi semakin baik bagi masing-masing pihak. Sebagai informasi, saat ini Bank Mandiri menguasai 51,47% saham BRIS. Kemudian BRI dan BNI, masing-masing, 15,38% dan 23,24%. Pemerintah Republik Indonesia menggenggam satu lembar saham dwiwarna dan membuatnya menjadi pengendali.

Sementara itu, BSI membukukan laba bersih Rp 4,2 triliun per September 2023, naik 31,04% yoy. Salah satu pendorong laba bersih adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang naik 12,44% yoy. Kinerja sepanjang 9 bulan pertama tahun ini juga membuat rasio profitabilitas perusahaan meningkat.

Tingkat pengembalian aset atau return on asset BSI naik dari 2,08% menjadi 2,3%. Hal ini menggambarkan bahwa BSI bukan hanya tumbuh dari segi aset, tapi kemampuan mengelola asetnya juga meningkat.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamen BUMN Ungkap Update Soal Rencana Divestasi BRIS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular