Market Commentary

IHSG 'Kebakaran' Lagi, 8 Saham Big Cap Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 November 2023 09:35
ihsg
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Rabu (22/11/2023), di tengah kekecewaan investor global akan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Per pukul 09:22 WIB, IHSG melemah 0,21% ke posisi 6.947,485. IHSG makin menjauhi untuk menembus level psikologis 7.000. Padahal pada perdagangan Senin awal pekan ini, IHSG nyaris mendekati level psikologis 7.000 dan esok harinya sempat menyentuh sejenak level psikologis tersebut.

Nilai transaksi IHSG sudah mencapai sekitaran Rp 1,4 triliun dengan melibatkan 2,8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 174.794 kali. Sebanyak 175 saham terapresiasi, 243 saham terdepresiasi dan 220 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor infrastruktur kembali menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 2,67%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Barito Renewables EnergyBREN-19,435.925-5,58%
Amman Mineral InternasionalAMMN-3,387.200-1,37%
Bayan ResourcesBYAN-3,2219.425-0,89%
Bank Mandiri (Persero)BMRI-2,325.850-0,43%
GoTo Gojek TokopediaGOTO-2,0988-1,14%
Barito PacificBRPT-1,621.020-1,92%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-1,203.610-0,28%
Astra InternationalASII-1,135.750-0,43%

Sumber: Refinitiv & RTI

Emiten energi baru dan terbarukan milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi top laggard IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 19,4 indeks poin.

Tak hanya BREN, emiten Prajogo lainnya yang juga merupakan induk dari BREN yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga kembali menjadi laggard IHSG di sesi I yakni sebesar 1,6 indeks poin.

IHSG melanjutkan pelemahannya yang sudah terjadi sejak perdagangan Selasa kemarin, sehingga IHSG sudah terkoreksi selama dua hari.

Koreksinya IHSG terjadi mengikuti pergerakan bursa saham global, utamanya bursa saham Amerika Serikat (AS), setelah dirilisnya risalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Meski risalah pertemuan The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC) mengindikasikan kecil kemungkinan akan menaikkan suku bunga kembali, tetapi dalam risalah tersebut tidak dijelaskan rencana The Fed akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Risalah FOMC menunjukkan jika pejabat The Fed akan lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga. Mereka juga mengisyaratkan hanya akan menaikkan suku bunga jika upaya untuk mengendalikan inflasi goyah.

Tidak hanya itu, dasar pertimbangan akan menunjukkan sedikit perubahan dari obsesi mengendalikan inflasi hingga 2% menjadi menahan suku bunga acuan tetap stabil, khususnya jika tidak ada kejutan kenaikan harga signifikan.

The Fed mengindikasikan bahwa kebijakannya harus tetap "restriktif" di tengah kekhawatiran bahwa inflasi akan menjadi semakin tinggi.

"Dalam pembahasan prospek kebijakan, para peserta terus menilai bahwa kebijakan moneter harus dijaga cukup ketat agar inflasi dapat kembali ke sasaran Komite sebesar 2% dari waktu ke waktu," demikian isi risalah tersebut.

Sejatinya, pelaku pasar melihat risalah FOMC semakin menegaskan optimisme mereka jika The Fed tidak akan mengerek suku bunga lagi. Terlebih, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3,2% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,7% (yoy) pada September 2023.

Kendati demikian, tidak adanya pernyataan apapun mengenai pemangkasan suku bunga membuat pasar kecewa.

PerangkatCME FedWatch Tool menunjukkan pelaku pasar melihat kemungkinan 94% The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 11-12 Desember mendatang. Posisi ini turun tipis dibandingkan pada hari sebelumnya yang mencapai 100%.

Pelaku pasar juga melihat kemungkinan 60% jika The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 30 April-1 Mei 2024, proyeksi ini naik dibandingkan sebelumnya yakni 57%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular