
Inflasi AS Melandai Lagi, Bursa Asia Cerah Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cerah bergairah pada perdagangan Rabu (15/11/2023), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) setelah data inflasi AS terbaru kembali melandai.
Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melejit 1,85%, Hang Seng Hong Kong meroket 2,62%, Shanghai Composite China menguat 0,74%, Straits Times Singapura melesat 0,86%, ASX 200 Australia melonjak 1,64%, dan KOSPI Korea Selatan terbang 2,21%.
Dari Jepang, data awal dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 telah dirilis. Berdasarkan data pemerintah setempat, Perekonomian Jepang menyusut 2,1% pada kuartal III-2023 dari kuartal sebelumnya secara tahunan, lebih buruk dari perkiraan pasar dan jatuh untuk pertama kalinya dalam tiga kuartal terakhir.
Angka produk domestik bruto (PDB) tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan median penurunan 0,6%. Hal ini terjadi karena esunya konsumsi swasta dan investasi modal menghambat pertumbuhan.
Konsumsi swasta turun 0,04%, turun selama dua kuartal berturut-turut, dipengaruhi oleh lesunya penjualan kendaraan. Sedangkan investasi bisnis turun 0,6 persen, turun selama dua kuartal berturut-turut, terutama dipengaruhi oleh melambatnya pengeluaran peralatan yang digunakan untuk produksi semikonduktor.
Sementara itu, pada hari ini, Presiden AS Joe Biden akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, California.
Biden dan Xi Jinping akan membahas beberapa elemen paling mendasar dari hubungan bilateral AS-China, termasuk pentingnya memperkuat jalur komunikasi terbuka, dan mengelola persaingan secara bertanggung jawab sehingga tidak mengarah ke konflik.
Biden juga akan meminta Xi untuk memulai kembali komunikasi militer-ke-militer antara kedua negara. Langkah ini diambil setelah Beijing menangguhkan komunikasi tersebut dan mengambil tindakan hukuman lainnya sebagai pembalasan atas jatuhnya pesawat China yang melintasi wilayah AS.
Washington meyakini bahwa itu adalah balon mata-mata. Namun, tuduhan tersebut dibantah oleh Beijing dan mengatakan bahwa itu adalah balon cuaca.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah bergairah terjadi di tengah melesatnya bursa saham AS, Wall Street kemarin, setelah dirilisnya data inflasi terbaru AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmelonjak 1,43%, S&P 500 melejit 1,91%, dan Nasdaq Composite ditutup terbang 2,37%.
Wall Street kompak menghijau karena data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan mendukung pandangan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)mungkin tidak akan menaikkan suku bunga.
Inflasi AS melandai ke 3,2% (year-on-year/yoy) pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan 3,7% (yoy) pada September serta di bawah ekspektasi pasar yakni 3,3%. Ini adalah kali pertama inflasi AS melandai dalam empat bulan terakhir.
Inflasi melemah ditopang oleh turunnya harga energi, terutama besin. Harga energi turun 2,5% pada bulan tersebut, mengimbangi kenaikan indeks pangan sebesar 0,3%.
Data menunjukkan harga konsumen AS secara bulanan (month-to-month/mtm)tidak berubah padaOktober karena masyarakat AS membayar lebih sedikit untuk bensin dan kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.
Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin untuk melawan inflasi yang tinggi.
Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun depan juga bergeser mengikuti data yang dirilis hari ini. Suku bunga berjangka AS pada Selasa memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 65% di Mei 2024, dibandingkan dengan 34% pada Senin lalu, menurut alat CME FedWatch.
Investor juga fokus pada negosiasi yang dilakukan anggota parlemen AS mengenai rancangan undang-undang pendanaan karena mereka menghadapi tenggat waktu akhir minggu ini untuk mendanai pemerintah federal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
