Kabar Baik Datang Dari AS, Saatnya Rupiah Menguat?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari Amerika Serikat (AS) yang merilis data inflasi melandai lebih baik dari perkiraan. Data ini potensi bisa menjadi angin segar bagi pergerakan rupiah hari ini, Rabu (15/11/2023).
Dilansir dari Refinitiv rupiah ditutup menguat 0,03% ke posisi Rp15.690/US$ pada perdagangan kemarin, Selasa (14/11/2023). Penguatan kemarin berhasil mengakhiri tren pelemahan rupiah selama lima hari beruntun.
Penguatan kemarin terjadi lantaran ekspektasi para pelaku pasar terhadap data inflasi AS. Pelaku pasar memperkirakan inflasi AS akan melandai ke 3,3% secara tahunan (yoy) pada Oktober 2023 tetapi inflasi inti akan tetap berada di angka 4,1% yoy. Inflasi melandai sebagian besar disebabkan oleh moderasi harga energi.
Sesuai dengan ekspektasi, bahkan lebih baik, data inflasi AS yang dirilis semalam berhasil melandai ke 3,2% yoy, lebih rendah dibandingkan September 2023 di angka 3,7% yoy. Hal ini akan menjadi sentimen positif bagi rupiah pada perdagangan hari ini.
Dengan melandainya inflasi yang lebih baik dari perkiraan, maka pelaku pasar bisa sedikit mendapatkan angin segar karena kekhawatiran akan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) telah mereda, paling tidak hingga penghujung tahun ini.
Selain data inflasi, kondisi pasar tenaga kerja yang mendingin juga mendukung akan prospek dovish-nya the Fed. Hal tersebut tercermin dari data pekerjaan selain pertanian atau nonfarm payrolls pada bulan Oktober hanya meningkat sebesar 150.000, lebih sedikit dibandingkan perkiraan pasar yang proyeksi tumbuh 180.000 pekerjaan. Tak hanya itu, tingkat pengangguran AS pada Oktober 2023 sudah mulai meningkat ke 3,9% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,8%.
Efek domino dari data inflasi AS yang melandai, turut terasa pada indeks dolar yang langsung melemah ke 104,08 pada perdagangan Selasa (14/11/2023). Nilai tersebut merupakan yang terendah sejak 31 Agustus 2023 atau lebih dari dua bulan. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun langsung terjun ke 4,45% pada perdagangan Selasa kemarin, terendah sejak 22 September 2023 atau lebih dari sebulan terakhir.
Pelemahan dolar serta penurunan yield obligasi AS 10 tahunan akan berdampak positif pada rupiah karena capital inflow diharapkan kembali masuk ke Tanah Air.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah dalam basis waktu per jam terpantau mulai bergerak sideways menguji garis rata-rata selama 20 jam dan 50 jam atau moving average 20 dan 50 (MA20 dan MA50), setelah berhasil menutup gap down yang terjadi setelah rupiah menguat tajam dalam jangka waktu pendek pada 4 November lalu di posisi Rp15.725/US$.
Area penutupan gap down tersebut juga berdekatan dengan garis rata-rata selama 200 jam (MA200). Posisi tersebut bisa dijadikan area untuk dicermati apabila rupiah melemah.
Sementara, jika rupiah bisa menguat menembus posisi MA20 dan MA50 posisi support terdekat selanjutnya bisa diperhatikan pada Rp15.640/US$. Area ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low 9 November 2023 yang bisa dijadikan target penguatan terdekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)