BI Anggarkan Rp 5,36 T untuk Gaji Karyawan Tahun Depan
Jakarta, CNBC Indonesia - Anggaran gaji untuk jajaran pegawai Bank Indonesia naik pada 2024 dibandingkan besaran dana untuk pos tersebut yang disiapkan dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023.
Anggaran gaji dan penghasilan lainnya yang tertuang dalam rencana ATBI untuk pengeluaran anggaran operasional 2024 mencapai Rp 5,36 triliun, lebih tinggi dari ATBI 2023 yang sebesar Rp 4,70 triliun. Meskipun, prognosa pengeluaran gaji dan penghasilan hingga akhir 2023 sebesar Rp 4,61 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rincian untuk anggaran operasional RATBI 2024 sendiri terdiri dari penerimaan operasional sebesar Rp 29,75 triliun. Disumbang oleh hasil pengelolaan aset valas Rp 29,68 triliun, penerimaan kegiatan kelembagaan Rp 11 miliar, dan penerimaan administrasi Rp 56 miliar.
Lalu untuk anggaran pengeluaran operasional sebesar Rp 20,06 triliun. Selain terdiri dari gaji dan penghasilan lainnya sebesar Rp 5,36 triliun, juga ada alokasi untuk manajemen SDM Rp 3,29 triliun, serta layanan sarana dan prasarana Rp 2,83 triliun.
Kemudian, untuk perumusan dan pelaksanaan kelembagaan Rp 2,08 triliun, operasionalisasi kebijakan utama Rp 1,71 triliun, program sosial BI, pemberdayaan UMKM, stabilisasi harga, dan digitalisasi sebesar Rp 1,63 triliun, pelaksanaan supervisi BI Rp 42 miliar, pajak Rp 2,61 triliun, dan cadangan anggaran Rp 489 miliar.
"Anggaran operasional yang secara keseluruhan tahun 2024 yang tentu saja dengan postur anggaran operasional Rp 29,75 triliun, kemudian postur anggaran pengeluaran operasional Rp 20,06 triliun," papar Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, dikutip Selasa (14/11/2023).
Dengan rencana penerimaan dan pengeluaran anggaran operasional tersebut, untuk pos anggaran operasional sendiri masih akan mencatatkan surplus Rp 9,68 triliun dari sebelumnya proyeksi hingha akhir 2023 surplus Rp 23,98 triliun.
Rencana surplus anggaran operasional 2024 yang sebesar Rp 9,86 triliun itu akan menutupi potensi defisit anggaran kebijakan yang mencapai Rp 38,98 triliun dari proyeksi surplus anggaran kebijakan 2023 sebesar Rp 3,2 triliun.
Dengan demikian, total rencana ATBI 2024 secara keseluruhan berpotensi defisit Rp 29,29 triliun, lebih kecil dari defisit ATBI 2023 yang telah ditetapkan sebesar Rp 19,99 triliun. Namun, defisit rencana ATBI 2024 memburuk dari prognosa surplus ATBI 2023 hingga akhir tahun sebesar Rp 27,19 triliun.
"Rencana ATBI 2024 diperkirakan defisit Rp 29,29 triliun terutama dipengaruhi pengeluaran anggaran kebijakan yang meningkat termasuk juga kenaikan biaya operasi moneter dan beban kontribusi BI atas program pemulihan ekonomi nasional atau burden sharing," kata Perry.
Khusus untuk anggaran kebijakan yang defisit Rp 38,98 triliun, menurutnya dipicu oleh biaya moneter yang meningkat, seiring dengan suku bunga yang masih untuk perlu dipertahankan tinggi. Sebagai informasi, BI telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo sebesar 25 basis point pada Oktober 2023 menjadi 6%.
"Saya kira anggaran kebijakan defisit Rp 38,98 triliun karena memang biaya moneter, karena suku bunga yang perlu dipertahankan dan dengan itu beban yang harus dikontribusikan pada pemerintah sesuai burden sharing juga akan meningkat," ungkapnya.
(haa/haa)