Rupiah Terus Melemah Emang Ruginya Apa? Ini Penjelasan BI!
Raja Ampat, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) lebih fokus dalam menjaga stabilitas rupiah dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini mengingat pergerakan rupiah dalam tren melemah imbas ketidakpastian yang bersumber dari global, khususnya Amerika Serikat (AS).
"Rupiah penting untuk terus dijaga agar tidak menimbulkan dampak ke masyarakat," kata Erwindo Kolopaking, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia saat bincang media di Raja Ampat, pada akhir pekan lalu.
Dalam catatannya, rupiah nyaris menyentuh level Rp 16.000 meskipun kini sudah menguat ke level Rp 15.600. Sejak akhir tahun lalu (year to date) rupiah melemah 0,52%, lebih dibandingkan dengan banyak negara setara.
Biang kerok terbesar pelemahan rupiah adalah AS. Inflasi tinggi diperkirakan membuat AS masih akan menaikkan suku bunga acuan dari posisi sekarang 5,25-5,50% atau 525 bps sejak Maret 2020.
Di sisi lain ada kenaikan obligasi AS atau US Treasury sampai ke level 5%. Setiap pergerakan data tersebut beserta kebijakan Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) membuat guncangan, terutama pada pasar keuangan.
Erwin menjelaskan, ketika rupiah melemah terlalu dalam, efeknya akan terasa pada harga barang, khususnya barang impor.
"Impor Indonesia sangat tinggi. Kalau rupiah melemah 1-2 bulan itu pengusha absord, tapi kalau tinggi terus-terusan itu akan berpengaruh ke harga," ujarnya.
Hal ini kemudian yang menjadi penyebab inflasi atau dikenal dengan imported inflation. Inflasi yang tinggi akan menguras daya beli masyarakat.
Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate menjadi 6% pada September 2023.
"Ini diharapkan bisa menarik inflow," kata Erwin. Di samping juga menerbitkan instrumen baru seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)pada September dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI)pada November 2023.
"BI tidak diam, selalu berinovasi memunculkan instrumen baru yang bisa membuat kita lebih agile menghadapi kondisi underpresure tadi," kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia pada kesempatan yang sama.
BI, lanjut Ramdan akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. BI selalu berada di pasar memonitor langsung serta melakukan intervensi di pasar spot, DNDF dan obligasi pemerintah agar volatilitas rupiah terjaga.
"Kita ingin menghindari pelemahan terlalu cepat berdampak ke kondisi panik di pasar uang," ujarnya.
(haa/haa)