Beda Nasib Saham Prajogo, BRPT-TPIA Terbang, CUAN-BREN Suspen
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten Prajogo Pangestu bernasib beda pada perdagangan sesi I Jumat (10/11/2023). Untuk saham PT Barito PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terpantau melesat, namun untuk saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terkena suspensi oleh bursa.
Per pukul 09:35 WIB, saham BRPT terpantau melejit 14,95% ke posisi harga Rp 1.230/unit. Sedangkan saham TPIA melonjak 3,38% ke Rp 3.060/unit.
Namun, untuk saham BREN dan CUAN pada sesi I hari ini tidak mengekor BRPT dan TPIA karena sedang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
BEI melakukan suspensi saham BREN dan CUAN karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada kedua saham tersebut dalam beberapa hari terakhir.
"Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham BREN dan CUAN pada perdagangan tanggal 10 November 2023," ungkap BEI dalam keterbukaan informasi, Jumat (10/11/2023).
Hal ini wajar BEI mensuspensi keduanya, karena dalam sepekan terakhir saja, saham BREN sudah melejit 26,21% dan saham CUAN juga sudah meroket 30,84%.
Bahkan dari IPO-nya, saham BREN sudah meroket 569,87%, sedangkan saham CUAN meroket hingga 3.081,82%.
Penghentian sementara perdagangan saham BREN dan CUAN dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Suspensi bertujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham BREN dan CUAN.
Kembali ke BRPT dan TPIA, melesatnya kedua saham tersebut terjadi setelah induk dari BREN yakni BRPT akan menerbitkan obligasi berkelanjutan III tahap II tahun 2023 senilai Rp 1 triliun.
Obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi berkelanjutan III Barito Pacific dengan target dana Rp 3 triliun.
Mengutip prospektusnya, obligasi senilai Rp 1 triliun tersebut akan ditawarkan dalam dua seri, yakni Seri A sebesar Rp 700 triliun dengan tingkat bunga tetap 8,5% per tahun dan berjangka waktu tiga tahun sejak tanggal emisi. Seri B senilai Rp 300 miliar ditawarkan dengan tingkat bunga tetap 9,5% per tahun, berjangka waktu lima tahun.
Bunga Obligasi dibayarkan setiap triwulan (3 bulan) sejak tanggal emisi, dimana bunga obligasi pertama akan dibayarkan pada tanggal 28 Februari 2024 sedangkan bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo obligasi akan dibayarkan pada tanggal 28 November 2026 untuk Obligasi Seri A dan tanggal 28 November 2028 untuk Obligasi Seri B.
Seluruh dana yang diperoleh setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan oleh Perseroan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada pihak terkait. Rinciannya, sebesar Rp 271.000.000.000 untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap I Tahun 2019 Seri B.
Kemudian, sebesar Rp 136.000.000.000 untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap II Tahun 2020 Seri B.
Lalu sebesar Rp 86.319.462.244 untuk pembayaran sebagian atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap III Tahun 2020 Seri C. Sebesar Rp 185.600.000.000 untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan II Barito Pacific Tahap II Tahun 2022 Seri A
Sebesar US$ 9.557.942 atau sekitar Rp 152.927.073.506 untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan Akta Perjanjian Kredit Nomor: 117 tanggal 21 September 2021, yang dibuat di hadapan Wenda Taurusita Amidjaja, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, yang dibuat antara Perseroan sebagai Debitur dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebagai Kreditur, sebagaimana terakhir diubah dengan Persetujuan Perubahan Perjanjian Kredit Term Loan Maksimum US$ 125.000.000 No. (1) 117 tanggal 30 Mei 2023.
Terakhir, sebesar US$ 10.000.000 atau setara dengan sekitar Rp 160.000.000.000 untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan Facility Agreement for a USD 252.700.000 Term Loan/Standby Letter of Credit Facility tanggal 5 Agustus 2020 yang dibuat antara Perseroan sebagai Debitur dan Bangkok Bank Public Company Limited sebagai Kreditur, sebagaimana terakhir diubah dengan Surat Amendemen Kedua tanggal 18 Agustus 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)