
Saham Terbang 569,87% dari IPO, BREN Hari Ini Kena Suspensi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan sementara (suspensi) saham Energi Baru dan Terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) per sesi I Jumat (10/11/2023).
Hal ini dilakukan oleh BEI karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BREN.
"Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham Barito Renewables Energy (BREN) pada perdagangan tanggal 10 November 2023," ungkap BEI dalam keterbukaan informasi, Jumat (10/11/2023).
Penghentian sementara perdagangan saham BREN dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Suspensi bertujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasi di saham BREN.
Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, saham BREN secara mengejutkan terbang 18,75% ke posisi harga Rp 5.225/unit. Sejak IPO, saham BREN diketahui sudah meroket 569,87% atau lebih dari enam kali lipat.
Bahkan, melesatnya saham BREN kemarin membuat kapitalisasi pasarnya kembali melonjak. Kemarin, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 699,03 triliun, berada di atas kapitalisasi pasar emiten pertambangan batu bara raksasa PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan di bawah emiten perbankan raksasa kedua PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Di lain sisi, meski valuasi saham BREN yang sudah terbilang sangat mahal atau premium, tetapi masih ada yang melirik saham BREN hingga kini. Hal ini dikarenakan prospek bisnis BREN yang menjanjikan yakni EBT.
Price to earnings ratio (PER) BREN saat ini mencapai 398,99 kali. Artinya, saham BREN sudah super mahal, karena sudah berada jauh di atas PER rata-rata industri yang mencapai 94,11 kali.
Sedangkan dari price to book value(PBV) BREN yang menyentuh angka ekstrem 211,72 kali, juga menunjukkan valuasi pasar emiten ini sudah kadung menyentuh 'atap langit'. Adapun PBV rata-rata industri mencapai 44,06 kali.
Namun, seperti yang dijelaskan di atas, prospek bisnis BREN masih cukup menarik, karena prospek EBT sendiri sejatinya masih akan positif prospeknya di tengah upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil dan upaya untuk mengurangi perubahan iklim yang sudah ekstrim.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kapitalisasi Pasar BREN Balik Ke Rp 1.000 T, Bisa Salip BCA Lagi?
