
OJK Pastikan Kondisi Sektor Keuangan RI Masih Tangguh

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menjagadaya tahan industri jasa keuangan di tengah gejolak ekonomi global dan berlanjutnya era suku bunga tinggi.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara mengatakan, sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga. Sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
Kondisi tersebut terlihat dari kinerja sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-bank yang masih mencatatkan kinerja positif dan profil risiko yang terjaga. Artinya industri jasa keuangan tanah air sampai saat ini masih cukup kuat menghadapi gejolak ekonomi global.
"Kalau kita liat Perbankan kredit tumbuh year-on-year itu sekitar 9%. Meski untuk likuiditas perbankan, memang dibandingkan dua tahun lalu agak berkurang. Tapi situasi masih lebih likuid dibandingkan sebelum pandemi," ungkap Mirza di Power Lunch CNBC Indonesia (Selasa, 07/11/2023).
Mirza pun memaparkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan OJK dalam mendorong industri perbankan nasional. Salah satunya adalah dengan melakukan penguatan pengawasan, meliputi risk management dan penguatan permodalan.
"Memang kami percaya bahwa kalau risk management kuat, maka sistem keuangan akan resilien, jika ada guncangan. Dan kita perlu sektor jasa keuangan yang tata kelolanya baik, risk management-nya baik. Sektor jasa keuangan kan mengelola dana publik," papar Mirza.
Lebih lanjut, dia menjelaskan meski kondisi global dipenuhi ketidakpastian seperti tren kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan perekonomian di wilayah Eropa dan China yang melemah, pertumbuhan ekonomi nasional masih relatif positif.
"Memang pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2023, sekitar 4,94%, tapi kalau kita bandingkan pertumbuhan ekonomi yang melambat di Thailand, Malaysia, Singapura, maka perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2023 sebenarnya relatif masih resilien," jelas dia.
Adapun menurut dia, pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor pertambangan yang meningkat cukup pesat di jelang penghujung 2023 ini. Di mana sektor ini tumbuh sekitar 23%.
"Dan sektor transportasi tumbuh 11%. Sektor transportasi ini banyak tertolong karena digital ekon dan aktivitas terkait dengan transportasi dan orang juga sudah melakukan aktivitas fisik sehingga transportasi recovery dengan cukup baik," tambah Mirza.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Gonjang-ganjing, IMF Bilang Gini Soal Kondisi Bank RI